8. Let Him Down
Seokjin menatap wajahnya, baiknya selama dua bulan ini dia makan dengan baik. Pipi bulat berserinya nampak mempesona, namun tidak ada yang tahu di sini Seokjin lumayan kerepotan. Bahkan berdiri 3 jam saja Seokjin tumbang.
"Aku bersumpah hyung, aku tak pernah bermaksud menghisap tubuh gempalmu." Lagi, perdebatan ini lagi. Seokjoong sungguh muak dengan ocehan Seokjin. Pemuda berambut coklat itu selalu merasa bersalah melihatnya mengisi lemari pendingin.
"Berisik." Sewotnya.
"Hyung benar marah? Tenang hyung, aku sudah menulisnya di buku catatan yang kau belikan." Seokjoong meletakkan botol yoghurt dengan kasar, meremas rambutnya dan mengumpat-umpat.
"Dasar cerewet!" Seokjoong mendesis saat Seokjin tertawa keras. Wajah manis itu mengingatkannya pada seseorang yang dicintainya, sayang dia sudah tiada.
"Wajah manismu tidak sebanding dengan kelakuan setanmu, Seokjin." Seokjin kembali terbahak sambil mengusap perut buncitnya, merasakan gerakan riang bayinya.
"Sebentar lagi bayi setan ini yang akan mengganggumu." Seokjin memijat pelipisnya. Titik-titik keringat nampak jelas di mata Seokjoong. Seokjoong benar-benar khawatir dengan keadaan Seokjin. Pipinya memang bersemu, tapi wajahnya benar-benar pucat.
Seokjoong meraih mantelnya, setiap kali Seokjin membicarakan ini Seokjoong selalu menghindar. Cukup satu kali dia kehilangan orang-orang yang dicintainya. "Kau tahu, aku benci jika sebentar lagi kau akan membahas masa depan. Seakan kau akan mati dan hanya bayimu yang selamat."
Seokjin tersenyum. "Kenyataannya begitu. Jangan benci bayiku, bencilah aku, aku paham posisimu. Membawa beban bayiku suatu saat."
"Aku tak pernah terbenani Seokjin." Air muka Seokjoong berubah, Seokjin berhasil memancing amarah Seokjoong hanya dengan sebuah topik pembicaraan.
"Dia tumbuh sehat dan akan sehat selalu, kau akan menjaganya bukan, hyung?"
"Diam! Katakan padaku, siapa lagi yang akan meninggalkanku?! Berhenti berkata kau akan mati!"
"Aku akan mati hyu---"
"Kubilang diam!"
Brak!
Seokjoong mendorong nakas hingga membentur dinding, seokjin tersentak. Air matanya menumpuk dipelupuk, siap tumpah jika Seokjin mengerjap.
"Kau sangat merepotkan." Seokjoong menunjuk hidung Seokjin.
"Dan jika kau mati itu semakin merepotkan." Seokjoong mendorong kepala Seokjin ke belakang.
"Kau berhutang banyak padaku, jangan harap aku mau merawat bayimu. Aku bisa meninggalkannya di panti asuhan dan bahkan membuangnya di jalan. Ingat itu." Suara bantingan pintu terdengar keras, salah satu engsel Apartemen kecil Seokjin rusak. Seokjin terisak, memeluk bayinya seakan melindunginya. Ketakutan akan kemalangan yang menimpa bayinya menjadi momok menyeramkan baginya.
"Sayang hiks Mommy di sini sayang."
Mereka hanya tak tahu, dan tak akan pernah tau.
Dinding bercat hitam di ruangan itu semakin membuat suasana menjadi kian mencekam. Beberapa penjaga keluar setelah titah sang Tuan begitu tegas terdengar. Bersiap menyalakan rokoknya sebelum sebuah tangan menyingkirkannya, membuatnya jatuh dan diinjak kasar dengan heels mahal.
"Kau pikir kau siapa?" Tanya wanita itu. Bersikap arogan meskipun nampak tidak cocok dengan wajah cantiknya.
Si lawan bicara hanya diam, mengambil berlembar-lembar kertas, menumpuknya di mejanya. Meraih pena dan membaca lembaran itu lamat-lamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Seokjin
Hayran KurguApapun agar dirinya bertahan, meskipun semua orang mencoba menjatuhkannya. Demi dirinya sendiri dan seseorang yang berharga. Apakah Namjoon benar peduli atau hanya berpura-pura? Seokjin bukan seseorang yang sempurna, mencoba bersanding di samping se...