KSJ Part 14

1.5K 147 19
                                    

"Hyung astaga aku tak percaya melihatmu sekarang." Yang pasti Jimin bergerak cepat. Jimin yang dikenalnya akan menangis keras ketika bertemu dengannya di masa lalu jika tahu dirinya sempat menghilang.

"Aku lebih tak percaya kau menemukanku secepat ini." Seokjin membuka bekalnya, mengunyah telur gulungnya tanpa melihat kesan baik yang coba Jimin tunjukan.

"4---tidak hampir 5 tahun sekarang, mana dari 60 bulan yang menurutmu cepat? Mana dari 1.800 minggu yang menurutmu sedikit? Mana dari 12.600 hari yang menurutmu singkat? Banyak nol di belakangnya." Jimin dan bibir tebal kedok cerewetnya. Seketika Seokjin kehilangan selera makannya. Jimin berubah seperti seekor anak ayam sungguhan, mengikutinya seperti saat dirinya mengajaknya berjalan bersama di kampus dulu.

"Hanya 2 nol, jangan berlebihan."

"Di depannya ribuan! 1.000 ₩ banyak sekali jika hyung lupa." Jimin meluap-luap ketika Seokjin mulai memberi balasan setelah 3 jam mengoceh sendirian.

Seokjin cukup waspada pada pria itu, kemungkinan orang terdekatnya di masa lalu akan datang satu persatu. Awalnya pria itu, lalu sekarang Jimin, bukan tidak mungkin pria yang ditemuinya saat pria itu mabuk datang padanya dalam keadaan sadar?

Jimin yang sekarang berubah 180 derajat, lebih lembut dari pada terakhir kalinya. Mungkin kekasihnya yang sekarang memperlakukannya dengan baik. Rambutnya tidak semencolok dulu, warna merah mudanya berubah menjadi pirang lagi, trend membuatnya terjerat dalam arus.

Jimin tidak mencoba merauk keuntungan bertemu dengannya dan melempar banyak pertanyaan. Hanya mengoceh tentang hal disekitarnya, Seokjin pada dasarnya suka memperhatikan orang kini menatap Jimin waspada dalam detik ketika Jimin ikut menatapnya balik.

Pria itu lumayan cerdik, pikir Jimin. Jimin merasa bahwa Seokjin mengetahui niatnya, mungkinkah dia tahu Jimin mendekatinya perlahan? Dan Yoongi berisik memberi getaran pada celananya, pria itu benar-benar tidak tahu malu. Bukankah ini jam kerjanya?

Jimin memberi senyum canggung pada Seokjin dan segera pergi ke toilet. "Kau gila?! Tidakkah kau pergi bekerja sekarang?!" Jimin akhir-akhir ini berubah galak dan menakutkan, sedikit yang Yoongi tahu, Jimin sedang merencanakan sesuatu. Gerak-geriknya halus namun mencurigakan.

"Bagaimana denganmu, hm?" Yoongi bergumam dingin, Jimin sedikit gemetar takut, apa Yoongi akan memarahinya? Tapi bukankah Yoongi akan senang pada akhirnya saat tahu Jimin dalam misi membawa Seokjin pulang untuk Namjoon sahabat Yoongi?

Jimin mengerut dalam diam. "Maaf hyungie." Cicitnya.

Helaan napas terdengar dari seberang. "Aku datang ke perusahaanmu, ku kira dapat menemukanmu dengan mudah. Kalau kau pergi pagi sekali dan meninggalkannya, seharusnya sekarang kau sibuk bekerja." Samar Jimin mendengar rengekan disela kalimat Yoongi.

"Aku punya urusan."

"Katakan kau dimana, aku akan menyusulmu."

"..."

"Sebelum aku kehilangan kesabaranku." Suaranya makin rendah, Jimin tertunduk menatap lututnya.

"Hyung tidak bisa datang padaku." Cicitnya gemetar.

"Park Jimin! Apa maumu?! Meninggalkannya selamanya? Meninggalkan perusahaanmu? Berikan perusahaanmu pada adikmu kalau begitu. Jika kau tidak bisa mengurusnya aku bisa mengurusnya sendiri!" Jimin menggigit bibir bawahnya, akhir-akhir ini mereka mudah bertengkar, Jimin jarang pulang ke rumah dan ketika pulang Jimin akan pergi pagi-pagi sekali.

"Hyung berteriak pada Jimin lagi hiks." Jimin menutup teleponnya cepat-cepat, mengaktifkan mode pesawat diponselnya dan menggenggamnya erat. Jimin takut ketika Yoongi terlalu marah padanya. Ayah dan Ibunya selalu memanjakannya sedari kecil, tak ada yang memarahinya karena Jimin masihlah anak baik meskipun keras kepala.

Kim SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang