10. Dad
"Sedang apa, Baby?" Seokjin memandang aneh putra kecilnya gang sedng berjongkok dengan wajah serius.
"Menelami telul."
"Huh?"
"Icu lhow, bial telulna jadi yamyam kukuyuyuk, Mommy." Taehyung kembali memandang ke arah depan, menampilkan wajah seriusnya tadi. Kedua tangan mungilnya menangkup pipi gembilnya.
"Kenapa dierami sayang? Kita tidak bisa memelihara ayam di Apartemen." Seokjin membelai lembut kepala Taehyung sekilas sebelum meneruskan niatnya untuk memasak.
"Taetae mau meat, Mommy. Mommy macak cayul yagi? Taetae nda mawu matan." Ah begitu rupanya, putra kecilnya ingin makan daging.
"Tapi telur berasal dari ayam, dan telur yang menetas akan jadi ayam, bukannya sama saja Taetae makan ayam?" Seokjin mungkin lupa jika dirinya lulus dengan nilai baik dan melalui jalur beasiswa. Seokjin membodohi putranya sendiri, berharap akan percaya karena super market tidak buka 24 jam. Apartemennya memang bagus, tapi tidak punya fasilitas sebagus itu.
"Telul icu bulat, Mommy. Icu belbeda, Taetae mau cteak." Seokjin bahkan tidak ingat dirinya menyukai makanan itu dan pernah memberikan jenis makanan itu.
"Steak? Taetae pernah makan itu?" Taehyung mengangguk. "Papa belyikan icu, Mommy." 'Ah Papanya---' tanya Seokjin dalam hati. '---Papa siapa?!'
"Papa siapa Baby?!"
"Papa Taetae Mommy." Taehyung berkeras menjawabnya. Seokjin yang mendengarnya sangat terkejut, wajahnya sungguh aneh karena otaknya sedang mencari koneksi. Apa Namjoon tahu keberadaannya?
Seokjin berlari ke arah kamar, mencari koper dan memasukkan barang-barangnya. Taehyung yang ketakutan ikut berlari ke arahnya, bertanya dan berteriak protes karena mainannya dimasukkan ke dalam koper besar.
Seokjin berjongkok, menyamakan tingginya dengan sang putra. "Diam sayang, kita harus pergi sekarang." Membelai lembut kepala putranya dan kembali berkutat mengeluarkan seluruh isi lemari.
"Kenyapa pelgi Mommy?"
"Papamu akan datang Baby!" Tidak sadar meninggikan suaranya, manik tajam lembut milik putranya mulai berair, Seokjin hampir panik sebelum putranya berubah tersenyum senang. "Yeay, Papa kecini, beyi Taetae cteak!" Seokjin menepuk dahinya cukup keras.
"Sayang, Papamu itu jahat, jangan mau disogok dengan sepiring daging. Tunggu Mommy punya uang, Baby."
"Jaat? Papa didit Mommy." Seokjin mengangguk cepat. "Eh?! Pernah sih, Aniyo Papamu pokoknya jahat. Sudah Taetae di sini saja, jangan ke dapur dan mengerami telur, mengerti?" Taehyung hanya bergumam dan bermain dengan mainan robot yang dibelikan Papanya. Yang ada dipikirannya hanyalah 'bagaimana jika ada Monster dan Tuan robot tidak melawan?'
"Mommy, Monstel itu jeyek ya?" Taehyung melirik Seokjin yang kini menarik selimut dan seprai hingga bantal di atasnya berhamburan. Menjejalkannya pada koper lain yang lebih kecil.
"Ah iya panci pink milikku!" Seokjin berlari ke dapur, diikuti langkah kecil Taehyung dengan robot ditangannya. Seokjin bahkan memasukkan panci ke dalam kardus mainan Taehyung, membuat mata Taehyung kembali berkaca-kaca karena mainannya rusak karena Seokjin menghempaskannya ke lantai tanpa sengaja.
"Mommy huwee."
"Astaga Seokjin!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Seokjin
FanfictionApapun agar dirinya bertahan, meskipun semua orang mencoba menjatuhkannya. Demi dirinya sendiri dan seseorang yang berharga. Apakah Namjoon benar peduli atau hanya berpura-pura? Seokjin bukan seseorang yang sempurna, mencoba bersanding di samping se...