KSJ Part 20

1.5K 109 40
                                    

Sejenak Seokjin berpikir, akhir-akhir ini sikap Jaehwan terlalu berlebihan. Lebih dari selusin kali dia mengontrol pekerjaan Seokjin---well sebenarnya itu normal karena itu berlangsung selama dirinya bekerja di perusahaan ini---tapi ada apa dengan senyuman Jaehwan?!

Sama halnya dengan robot, Jaehwan menyapanya secara otomatis. "Seokjin-ssi, sedang bekerja? Lanjutkan silahkan~"

"!!!" Bulu kuduk Seokjin berdiri, ada apa dengan '~~~' itu?!

***

"Pergi, lagi?" Jimin membeku di tempatnya. Dia memilih untuk bungkam, lagi pula permainan diam yang merrka lakukan mencapai taraf keterlaluan, Jimin hanya terlalu terbiasa.

"Apa ini pembagian gratis? Mengobral urusanmu pada orang lain?" Jimin menundukan kepalanya, bukan maksudnya membagi segala tugas yang harus diembannya. Namun keadaannya begitu buruk hingga Jimin tak bisa lagi mengendalikannya.

Jimin pikir setelah Jungkook lahirpun dia masih kesulitan berada di sekeliling Yoongi. Jadi pria manis itu menyingkirkan niat baik yang pada awalnya rutin di lakukannya di kediaman keluarga Min. Rasanya perdebatan diantara dua keluarga tak pernah menemukan titik terang, bahkan ketika mereka mendengar solusi tak masuk akal yang Jimin dapatkan adalah perintah untuk melenyapkan putranya. Di satu sisi orang tuanya begitu takut dirinya mendapat efek samping buruk dari kelainannya, di sisi lain keluarga Yoongi yang merasa tidak percaya memburunya untuk membunuh bayinya.

Segalanya nampak baik di beberapa bulan ketika Jungkook lahir. Jangan pernah lupakan perebutan cucu ini berawal. Keluarga Min kalah karena terbukti berniat buruk pada Jungkook. Jimin meledak di depan orang tuanya, keluarganya punya tabiat yang sama buruknya, keduanya ingin membunuh cucu mereka sendiri, jadi untuk apa Jimin bersusah payah mengunjungi mereka? Mereka yang memutuskan diri untuk mundur sejauh satu langkah, bukan salahnya.

Hal ini membuat Jungkook hanya berurusan dengan keluarga kecilnya. Jihyun yang berada di Seoul terciprat imbas karena kesibukan Jimin dan ipar laki-lakinya. Dia sedikit kewalahan setelah masa skripsi datang, dan Yoongi baru sadar Jungkook berada di tempat penitipan anak. Menahan diri dari amarahnya pun tak ada gunanya, Yoongi membiarkan hatinya membeku dengan sendirinya.

Jika saja Jimin bisa bicara dengan jujur tentang kesibukan yang dilakukannya, bukan tidak mungkin mereka terhindar dari kesalah pahaman besar. Detik ketika Jimin ingin berterus terang, keadaan psikologis Yoongi sedang buruk karena urusan kerja. Di samping itu ketika Yoongi ingin berbicara dengannya, Jimin terlanjur takut tanpa sebab.

Jimin mungkin orang terakhir yang mengenal Seokjin. Tapi dia orang pertama yang menemukan Seokjin. Jimin berpikir untuk menjernihkan masalah diperlukan sedikit banyak pengorbanan. Selain Namjoon tentu saja Yoongi merasakan kesedihan yang cukup membuat Jimin merasa sakit. Tujuannya merepotkan Yoongi adalah membawa Seokjin kembali. Sayangnya Jimin terikat janji dan upayanya berbalik menjadi tongkat pengaduk air keruh.

Dibanding Seokjin mungkin dirinya tak seberapa. Mereka memiliki hubungan yang lebih baik, menggelar pernikahan sederhana meskipun tanpa dukungan kedua belah pihak---itu masih lebih baik dibanding hubungan rumit Seokjin.

Jimin menatap bahu sempit Yoongi. Mereka memang punya tempat tinggal, tapi mereka tak pernah merencakan sebuah rumah. Mereka punya kediaman pribadi, dan setelah ini Jimin harus berpikir untuk tak terlalu berharap Yoongi datang.

***

"Apa benar kau tidak mengenaliku?" Seokjin menggeleng, orang yang dicurigainya ini kadang mampir ke dalam pikiran Seokjin. Bukan karena Seokjin menaruh minat tentunya. Seokjin hanya berpikir bahwa jika pria itu berkeras bahwa Seokjin kenal dengannya, berarti Seokjin benar memiliki hubungan dengannya. Terlalu naif memang, pria itu melalui banyak usaha, jadi Seokjin pikir pria itu layak mendapat sedikit harapan.

Kim SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang