16. S(eokjin)ick
(Ps. Sedikit tentang Seokjin, flashback or apapun itu, semoga tidak bingung :'))
Seokjin mempersiapkan banyak hal bersamanya. Seokjoong tak akan tinggal di kantor Kafe yang tak pernah sepi. Maka dari itu banyak hal harus Seokjin kemas untuk dibawa oleh bawahan lainnya menuju kantor baru yang letaknya lumayan dari Kafe.
Seokjoong mengejutkannya atas rencana yang dibuat Seokjoong matang-matang kali itu. Dia membangun restoran, dan Seokjin menduga bahwa Seokjoong akan semakin maju dalam metintis karirnya. Ini perwujudan dari rasa bahagia Seokjoong menyambut hari ulang tahun Taehyung beberapa hari lagi, sekaligus bagi Seokjin yang hanya berbeda 26 hari dari tanggal lahir Taehyung.
Taehyung, bayi kecil itu kebahagiaannya. Penghapus rasa sakit yang dilaluinya di setiap detik tahun itu. Bersamaan dengan kelahirannya, buku masa lalu akan ditutupnya. Bukan membuka lembaran baru, melainkan membuka buku baru, menulis kisah baru lainnya.
Seokjoong melihat bagaimana sibuknya Seokjin hari itu. Bahkan dirinya hampir marah pada Seokjin, melihat bagaimana keras kepalanya Seokjin ingin membantunya. "Tidakkah kau lelah?" Seokjin melakukan segala hal dengan sangat baik, mungkin Seokjoong akan mencari orang untuk membereskan segalanya jika tak ada Seokjin. Mereka saudara kandung yang punya kebiasaan yang berbeda.
Dilihatnya kepala itu tergeleng, bibirnya penuh senyum. Seokjin adalah orang yang paling bahagia mendengar usahanya semakin baik. Bahkan dia menganggapnya sebagai hadiah meskipun Seokjoong tak memberinya apapun.
Seokjoong tersenyum dalam diam, menatap Seokjin mengemasi map dan buku tebalnya. "Aku memiliki rencana. Bukankah di tahun yang baik ini kita bisa umumkan bahwa kau masih ada di dunia? Taehyung, keponakan kecilku, semua orang akan mengenalnya." Seokjin mematung, tak ingin membalas ucapan saudaranya. Tangannya sedikit gemetar memegang selotip, pikirannya mulai memberikan gambaran yang mengerikan.
Seokjoong sebenarnya tahu jika Seokjin sering terlibat adu mulut dengan pegawainya. Mereka menganggap Seokjin terlalu dimanjakan, namun baginya yang selama ini tak punya waktu memanjakan Seokjin merasa dirinya terlalu tak peduli padanya. Bukankah Seokjin saudaranya? Lalu mengapa Seokjin masih jadi pelayan? Mungkin itu hang akan ditanyakan orang lain ketika mengatahui fakta bahwa Seokjin adik kecilnya.
Ini adalah bentuk kasih sayang yang tak Seokjin dapatkan. Seokjoong akan melindunginya, bahkan jika Seokjin sekali lagi butuh darahnya, Seokjoong akan menyerahkan semuanya pada adik kecilnya.
Tak sopan bagi Seokjin jika tak menjawab, tanpa menengok Seokjin segera menjawab. "Hyung, kau tahu aku."
Dia semakin merasa bahwa Seokjin terlalu berlebihan dengan rasa takutnya. Dia punya kakak lelaki yang siap melindunginya dari kejamnya dunia. "Apa yang kau takutkan? Bukankah berlebihan takut pada sesuatu yang mustahil ada? Siapa yang kau takutkan?" Seokjin selalu bungkam di saat seperti ini.
Seokjinnya yang pada awalnya tersenyum mulai muram pada akhirnya. "Hyung hanya tidak tahu." Tak ada nada menyenangkan di setiap katanya. Memberitahu Seokjoong bahwa mereka punya lautan sebagai batas antara keduanya.
Bukan salahnya jika dirinya tak tahu menahu. Seokjin selalu bungkam perihal Ayah Taehyung.
Seokjoong melihat bahu lebar itu berjalan keluar. Itu mungkin diciptakan untuk menanggung beban banyak orang. Seokjinnya begitu malang. Dibanding dirinya, Seokjin memiliki banyak cerita sedih.
Dunia tak akan tahu apa yang terjadi ketika dirimu bungkam.
Itu yang terjadi pada Seokjin.
Ibunya berkata pada mereka untuk mengingat apa yang orang lain lakukan, bukan mengingat apa yang mereka lakukan pada orang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Seokjin
Fiksi PenggemarApapun agar dirinya bertahan, meskipun semua orang mencoba menjatuhkannya. Demi dirinya sendiri dan seseorang yang berharga. Apakah Namjoon benar peduli atau hanya berpura-pura? Seokjin bukan seseorang yang sempurna, mencoba bersanding di samping se...