Jaehwan bersikap aneh lagi, barang sedetik pun pria itu tidak akan jauh darinya. Tentu saja Seokjin merasa dirinya tidak nyaman ketika pria itu berdekatan dan membuat orang lain salah paham. Jaehwan berdalih akan melindungi Seokjin dari orang jahat, yang dimaksud mungkin 'Pria itu', namun di kantor tempatnya bekerja, Seokjin tidak menemukan 'Pria itu' menganggunya.
"Apa kalian sedekat itu?" Jimin masih dengan penyamarannya, setelan biasa dengan kaca mata bulat kali ini, menjinjing laporan dari Jaehwan. Sebagai magang---sebenarnya karyawan baru---Jimin diminta oleh Jaehwan menjadi pembantu baru. Menggeser posisi Seokjin setelah lebih dari 5 bulan diperbudak. Oke, Seokjin masih dendam.
"Apa mak---singkirkan tanganmu!" Ancam Seokjin, memukul tangan yang melingkari pinggangnya.
"Ah sekarang jelas." Jimin menatap tajam tangan Jaehwan.
"Jimin-ssi, apa maksudmu?"
"Aku paham siapa yang dikejar dan siapa yang paling bodoh." Jimin melempar asal map itu di atas mejanya dan bersandar di kursi kerjanya. Mengabaikan tatapan terkejut orang lain.
"Kurasa magang ini saudara Seokjin-ssi." Ucap Irene pada gadis lain. Irene dipindah tugaskan dari kantor utama ke kantor cabang Seoul, tentunya tahu siapa sebenarnya Jimin. Irene bergidik, Jaehwan yang malang.
"Aku harap ada drama besar lagi kali ini." Tawa centil terdengar bersamaan dengan bisikan, semakin panas suasana, semakin ramai kerumunan di ruang kubik milik Irene. Tempat paling strategis untuk menonton pertunjukan drama harian.
"Plot twist, apa mungkin Jimin-ssi suka Jaehwan-ssi?"
"Aku pikir Jimin-ssi pria lurus. Hey kenapa kau begitu jahat mematahkan hatiku? Apa di kepalamu, semua pria tampan lebih menyukai sesama jenisnya?" Melihat banyak pasangan sesama jenis marak pun bukan berarti banyak peluang bagi mereka. Perlu pergi ke negara yang mengesahkan pernikahan sesama jenis, tentunya tidak semua orang memiliki
"Apa kau sedang mengulasku, Jimin-ssi?" Sinis Jaehwan.
"Saya kelelahan. Bukankah ini tugas anda? Untuk apa anda meminta karyawan baru mengerjakan laporan keuangan dengan deadline satu malam?! Apa anda makan gaji buta?!" Sekali lagi Jaehwan bertingkah seperti orang tuli, menatap Seokjin penuh cinta.
"Jimin-ssi, tidak perlu formal bicara dengan pria ini. Dia bukan Bosmu, anggap saja seperti rekan kerjamu yang lain."
"Tentu, Jimin-ssi tidak perlu formal, panggil aku hyung, seperti Jinie memanggilku~" Kimbap Seokjin baru terproses di dalam lambung, rasanya Seokjin ingin memuntahkannya!
"Seokjin-ssi?! Kita bahkan belum berhubungan!"
"Yak!!!" Sayangnya keinginannya untuk mencakar Jaehwan jauh lebih besar dari keinginannya untuk muntah.
***
Semakin tenang hidupmu, semakin kau merasa segalanya aman, hal sebaliknya ada dalam bayanganmu.
Beberapa hal mengharuskan Seokjin pergi keluar kota dan sangat disayangkan Seokjoong pergi ke Perancis dikarenakan Yoona sakit. Seokjin mau tak mau membawa bocah yang sejak tadi bergoyang-goyang menyanyikan lagu tomat dengan Cookies coklat di mulutnya. Sebenarnya Seokjin tidak keberatan, namun Seokjin tidak ingin putranya merasa tidak nyaman. Dan opsi terakhir adalah mengajak Kepala divisinya, satu-satunya---jangan ragukan lagi---orang yang dengan lantang bersedia menemaninya.
"Taetae, apakah ibu---"
"Mommy, Jujuchi."
"Iya itu maksudku, apakah Seokj---"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Seokjin
FanfictionApapun agar dirinya bertahan, meskipun semua orang mencoba menjatuhkannya. Demi dirinya sendiri dan seseorang yang berharga. Apakah Namjoon benar peduli atau hanya berpura-pura? Seokjin bukan seseorang yang sempurna, mencoba bersanding di samping se...