Hoseok mengusap tangannya gugup, setelah insiden pencekikan itu, dirinya merasa bahwa uang tidak akan bisa mengganti nyawanya yang hampir melayang. Lagipula mengapa Seokjin begitu kejam? Apakah pria itu menjadi psikopat?
Mereka kerap bertemu akhir-akhir ini. Seokjin yang tidak berhasil mengetahui siapa orang di balik Hoseok. Pria itu pingsan saat Seokjin mencekiknya, yang awalnya mengejarnya seperti orang sakit jiwa berubah menjadi ketakutan saat bertemu dengannya. Mental Hoseok benar-benar buruk. Menemukan kesempatan untuk tahu dengan menjebak Hoseok dengan umpan informasi, itu efektif beberapa hari ini kemungkinan akan terus belanjut.
Selain itu Seokjin memiliki sedikit ingatan tentang Hoseok. Pria itu mencoba berpenampilan kurang mencolok namun gaya anehnya membuatnya ditatap dan jadi bahan perhatian Mahasiswa yang suka menggencet yang lebih lemah. Tubuh kurus dan kebaikan Hoseok adalah santapan lezat bagi mereka yang haus untuk menindas. Hanya sebatas itu karena ada banyak hal yang lebih penting untuk diingat dan membuat sosok Hoseok terhapus setelah sekian lama.
Dari sifat baiknya Seokjin akan mencoba memanfaatkannya. Dari segi finansial pria aneh itu kurang, jadi Seokjin mau tak mau membuka tabungan kecil untuk mentraktirnya keluar, menyisihkan sedikit uangnya agar pengeluarannya tetap terjaga. Lagi pula cicilan pancinya belum sepenuhnya lunas, Seokjin harus menutup matanya dari iklan televisi atau majalah, apapun itu yang menawarkan diskon dan satu set panci lainnya! Matikan TV, bakar semua majalah!
Sedikit yang Seokjin pahami. Hoseok bernasib sama sepertinya. Mungkin saja. Setidaknya Seokjin tidak akan menghalalkan segala cara seperti yang Hoseok lakukan.
Melupakan fakta bahwa banyak hal dilakukannya untuk mengetahui identitas atasan Hoseok.
"Senang bertemu denganmu lagi. Aku ingin bertanya padamu tentang satu hal. Menilai dari caramu mendekatiku itu terlihat sangat-sangat bodoh. Jadi aku menyimpulkan bahwa kau adalah penjahat kelas teri." Hoseok menegang, ada apa dengan penjahat? Hoseok adalah peri baik hati! Apa yang dilakukannya untuk kemanusiaan! D-dan---dan uang hanya bonusnya saja!
"Aku tulus mendekatimu, t-tapi aku butuh uang." Baiklah Hoseok akan menjual kisah kehidupannya demi kelangsungan nyawanya.
"Tapi yang kau lakukan bukan hal baik kau tahu? Bagaimana jika aku membunuhmu? Kau tidak takut?" Seokjin menatap Hoseok datar jelas pria itu ketakutan, wajahnya benar-benar putih. "Itu cukup itu cukup, tampang memelasmu menyebalkan."
Hoseok harus pergi sekarang juga! Tempat ini begitu sepi cocok untuk mutilasi. "B-berikan informasinya hari ini, k-kumohon."
Seokjin meliriknya sebentar. Jika menakut-nakuti hanya akan membuatnya kabur maka Seokjin akan menawarkan pertemanan. "Tidak perlu takut, aku bukan pembunuh berdarah dingin." Wajah Hoseok berangsur berubah warna, wajah pucat itu seperti kehabisan darah itu menyebalkan.
"Apa yang ingin kau tanyakan?" Seokjin mulai berterus terang, selama ini informasinya sedikit tidak berguna. Seperti kebiasaannya setiap hari, makanan kesukaannya atau produk yang diinginkannya. Jelas Hoseok bukan dalam misi perjodohan.
"Sepertinya menutupi ini hanya akan membuat segalanya rumit. Kau tahu itu, Seokjin-ssi." Seokjin mengangguk.
"Mari berteman sama seperti dulu."
***
"Hyung." Seokjin duduk di depan meja kantor Seokjoong. Ruangan itu total berwarna putih, hanya ada sedikit warna dari lukisan potret Yoona yang nampak seperti peri.
"Lukisan bagus. Tapi sedikit berlebihan, kau tahu hyung itu terlalu cantik. Yoona-noona memiliki alis tinggi dan garis senyumnya kurang lebar---"
"Kau pikir istriku setan?" Seokjin menggebrak meja keras-keras. "Tentu saja! Dia itu setan!" Seokjoong memegang dadanya terkejut, Seokjin dengan keterlaluan mengejutkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Seokjin
FanficApapun agar dirinya bertahan, meskipun semua orang mencoba menjatuhkannya. Demi dirinya sendiri dan seseorang yang berharga. Apakah Namjoon benar peduli atau hanya berpura-pura? Seokjin bukan seseorang yang sempurna, mencoba bersanding di samping se...