KSJ Part 18

1.2K 141 53
                                    

Namjoon merasa segalanya tidak tepat, dirinya yang punya koneksi di seluruh Korea Selatan sedikitpun tak mendapat informasi tentang Seokjin yang berada di Seoul. Jika bukan karena bantuan seseorang, seharusnya Namjoon mampu menemukannya. Sedikit yang Namjoon ketahui, Seokjin bekerja di perusahaan percetakan cabang di daerah itu. Melihat kualifikasi Seokjin, seharusnya dia dapat bekerja di perusahaan pusat. Melihat informasi singkat di kolom surelnya membuat Namjoon paham jika Seokjin berusaha sekuat mungkin untuk tak terlihat.

Satu hal yang dia pahami tentang ketidak mampuannya menemukan Seokjin. Pria itu bekerja kurang dari setengah tahun, jika Namjoon mencarinya di tempat kecilpun, butuh separuh waktu hidupnya untuk menemukan Seokjin. Selama ini mungkin Seokjin tidak hidup baik dengan pekerjaan kasar yang dipilihnya seperti 5 tahun yang lalu.

Dirinya bahkan repot-repot menyewa seseorang yang tak menghasilkan apapun. Lagi-lagi seseorang di dalam perusahaan merahasiakan Seokjin. Namjoon bertanya-tanya, mungkinkah dia adalah pria yang Seokjin peluk malam itu? Namjoon terburu mengambil ponselnya, menghubungi seseorang untuk mencari informasi tentang pria itu.

Namjoon bukan orang bodoh tentu saja. Matanya menangkap jelas interaksi kedua orang itu, mereka cukup canggung---selain karena alasan Seokjin mabuk tentunya.

"Aku sudah meminta Son Ahjuma untuk memasak makanan kesukaanmu, apakah aku harus menunggumu turun dan memakan makananmu hingga aku mati?" Jaejoong menatap putranya tanpa daya. Akhir-akhir ini Namjoon nampak bersemangat, tapi lebam di pipi kanan putranya tidak menunjukkan rasa senang yang seharusnya diterima putranya. Bahkan dengan bodoh putranya berterus terang padanya bahwa ini adalah pukulan kasih sayang dari teman lama. Jaejoong tak bisa banyak bereaksi selain berkomentar tentang temannya yang kasar. Pada akhirnya perdebatan mereka di isi dengan Namjoon yang membela mati-matian teman lamanya itu.

"Ah maaf dewi kematian, putramu terlalu sibuk hingga melewatkan makan malam. Aku kenyang, Ibu bisa memakan bagianku untuk mencegah kematianmu." Jaejoong tak memberikan banyak ekspresi, dengan satu tangan dirinya meraih vas kayu dan melemparnya ke kepala Namjoon.

"Kau pikir aku babi? Rasakan itu, biarkan otakmu kembali bekerja." Suaranya melembut tapi apa yang dilakukannya tak selembut itu. Dengan segera wanita itu keluar, menyuruh seseorang untuk membalut kepala Namjoon dan mengirimkan senampan daging tumis untuknya, tentunya dengan selembar kertas ancaman.

Ibunya adalah wanita terkuat, dia begitu cerdas dan pantas menjadi Ibu dalam keluarga utama Kim. Sebelumnya orang tuanya sempat kehilangan putra tertua mereka, usianya masih begitu muda dan Ibunya adalah orang pertama yang terluka. Dia hampir kehilangan kewarasannya setelah dokter memvonisnya tidak dapat melahirkan bayi lain karena masalah di rahimnya. Ibunya wanita yang begitu kuat namun lemah hati. Begitu keras kepala menumbuhkan bayi di dalam perutnya dengan begitu rapi. Saat terakhir dokter tak bisa mengatakan apapun, mereka menyerah karena mengangkat rahim bersama janinnya berarti membunuh satu nyawa.

Namjoon dan Ayahnya begitu tunduk pada Nyonya Kim. Pada dasarnya mereka bukan mengasihaninya, mereka hanya sangat menghormatinya.

Namjoon enggan membuat masalah lagi, cukup baginya membuat Ibunya kecewa karena memilih jalan menyimpang menyukai seorang pria. Namjoon menyuap sup hangat itu, sup yang disiapkan oleh pelayan namun diam-diam Namjoon tahu Ibunya bersusah payah menyiapkannya. Namjoon tersenyum di sela suapannya, Sup itu begitu kuat mengandung rasa lautan.

"Ibu sup asinmu luar biasa!"

"Makan atau aku akan membunuhmu!" Teriak wanita itu dari lantai bawah. Samar-samar Namjoon mendengar suara pembawa acara memasak populer di Televisi. Ibunya wanita kuat yang tak mudah menyerah.

Nyatanya meskipun tahu Nyonya Kim kecewa, Namjoon hanya bisa melindungi Seokjin sekuat tenaganya. Meskipun itu hanya berdebat, tapi Namjoon tahu jika suatu saat Seokjin di sisinya, dia tak akan kehilangan nama baiknya sebanyak yang pria manis itu kira.

Kim SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang