9. Unimaginable conversation

2.5K 292 52
                                    

   "Bahkan aku tak percaya bahwa kata itu terdengar menusuk kedalam hatiku."

                 (Kim yerim)
                           .
                           .
                           .
                           .
                           .
Author pov

Pagi ini yeri berangkat kerja, sejujurnya ia kehilangan semangatnya untuk hari ini. Kejadian tadi malam membuat yeri benar-benar merasa sedih dan terluka. Ia tak tahu jika jungkook bermain gila dibelakangnya.

Walaupun Jungkook sudah meyakinkan yeri bahwa Ia tak melakukannya dengan eunha, tetap saja yeri belum bisa memaafkan jungkook atas perkataan jungkook tentang perbuatannya.

   Hati yeri sesak mengingatnya. Jika saja yeri tak menyadari kalau hari ini ia sedang bekerja entahlah yeri tak tahu apa jadinya. Mungkinkah ia menangis? Berteriak? Melampiaskan kemarahannya pada benda-benda yang ada disekitarnya? Ataupun apa itu, yeri untungnya sadar jika ia sedang berada di hotel tempatnya bekerja.

       Wajah sayu dan pucat milik yeri Mampu membuat para pengunjung yang melihat itu langsung menanyakan yeri dengan pertanyaan 'ada apa', hampir seluruh pengunjung menanyakan hal serupa pada yeri. Namun nampaknya yeri sama sekali tak menghiraukan pertanyaan itu, ia hanya mengabaikannya saja. Tak baik mengumbar masalah pribadi pada orang asing.

"Wajahmu itu menyeramkan. Kau ini ada apasih yerim?." Dan untuk kesekian kalinya yeri mendapatkan pertanyaan yang sama. Yeri mendengus kesal, ia sedang tak ingin diganggu sekarang. Mengapa orang tak ada yang mengerti juga.

"Kau bisa cerita padaku yeri. Aku ini temanmu bukan?." Wendy mengelus lengan yeri dengan lembut, membuat yeri menundukkan kepalanya. Menyembunyikan kesedihan yang ia alami beberapa bulan ini.

"Kau kembalilah bekerja, aku takut kau terkena amarah dari tuan mark." Kata yeri dengan tegar, mencoba bersikap bahwa ia yakin tak kenapa-napa.

Wendy nampak tak diam saja, masa bodo jika Ia kena marah oleh bos nya asal yeri mau menceritakan kegundahanya hari ini padanya.
"Aku tak perduli yeri, aku hanya ingin tahu saja."

Yeri menghela nafasnya, ia lalu mencoba tersenyum saat pelanggan datang ke meja nya. Ia Membungkukkan badanya.

"Kau Mau ambil kunci?." Tanya yeri dengan sopan, ia mengucapkan kata formal karena ia mengenal orang yang berada dihadapannya.

"Hmm, kau tau kebiasaanku ternyata." Kata orang itu terkekeh geli, membuat senyum yeri semakin lebar walaupun itu senyuman palsu.

Sementara wendy nampak melengkungkan bibirnya melihat yeri yang mengabaikan pertanyaannya. tetapi detik itu juga mata wendy menengok kearah depan, ada sosok pria tampan yang tengah berbicara dengan yeri. Nampak sangat akrab, pandangan wendy tak pernah lepas dari sosok yang tengah bicara dengan yeri. Bak dewa yunani, itulah perkataan  didalam batin wendy.

"Kau bisa ke-kamarmu sendiri? Aku sedang dalam keadaan tak mood."

"Hmm baiklah, rupanya kau dalam keadaan kurang baik." Siwon mengetuk etukan jari tangannya pada Meja repsesionis, matanya menatap wajah yeri yang tampak sangat natural, benar-benar tanpa make-up sama sekalipun.

Sangat cantik. Batinnya berbicara

Siwon tersenyum saat yeri Berada dihadapannya memberikan kunci kamar hotelnya.

"Terimakasih yeri." Yeri langsung menganggukkan kepalanya, senyuman tak pernah lepas dari bibir manis yeri.

Siwon nampak mengeritkan alisnya, sungguh terlihat jelas Raut kesedihan yang terpancar dari mata yeri. Walaupun yeri kini tengah tersenyum, tetapi Mata yeri tak bisa membohongi siapapun itu. Siwon jelas tau apa penyebab dari kesedihan yeri itu, ia terkekeh pelan Takut yeri Merasa heran padanya.

Special To My Wife✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang