"Maafkan sikap ku ini, aku sungguh tak benar-benar menjauhimu."
(Kim yerim).
.
.
.
Author pov
"Yerim, eomma pulang dulu. Eomma sudah tiga hari ini belum bertemu dengan adik-adik pantimu." Kata joohyun sembari melihat yeri yang tebaring sembari tersenyum menatapnya.
"Nanti sore aku sudah pulang, jadi eomma pulanglah dulu. Dan jika eomma ingin kesini lagi menjemputku aku akan menunggu." Balas yeri yang memang mengerti dengan maksud joohyun. Bukan hanya yeri saja yang membutuhkan kasih sayang joohyun, ada beberapa orang lagi yang mungkin masih menunggu kepulangan joohyun. Yeri menyadari bahwa dia bukan anak satu-satunya joohyun, jadi ia tak boleh egois. Ia juga harus bisa membagi joohyun dengan adik-adiknya.
"Baiklah, eomma akan membayar biaya rawatmu dulu." Joohyun mengusap kepala yeri, mencium keningnya dengan lembut.
Yeri menganggukkan kepalanya dengan senyuman lebarnya.
"Eomma terimakasih untuk segalanya." Joohyun menghela nafasnya mendengarkan perkataan yeri, putrinya ini memang sangat berbeda dengan wanita-wanita lain. Yeri sangat baik, hingga sudah sering tersakiti tetapi tak pernah merasa dendam pada orang yang menyakitinya. Joohyun merasa bingung apakah ia merasa takjub pada dirinya sendiri atau malah menyesal pada dirinya sendiri, mendidik yeri seperti ini apa yang harus joohyun rasakan Sekarang? Menyesal kah, atau senang? Seperti joohyun memilih kata pertama, yaitu menyesal karena telah mendidik yeri menjadi wanita baik seperti ini.
"Tak seharusnya kau berbicara seperti itu." Kata joohyun dengan lembut sembari membelai kepala yeri dengan sayang.
"Aku bukan anak kandungmu tetapi kau telah merawat dan mendidik ku hingga aku sebesar ini, eomma." Kata yeri dengan lirih. Joohyun menarik nafasnya menghembuskan perlahan dengan hati yang berdenyut sakit
"Kau anakku yerim. Aku tak mau kau berbicara seperti itu, aku ibu mu sekalipun kau bukan anak kandungku, aku akan tetap menganggapmu sebagai anakku sendiri, yerim." Ucap joohyun tersenyum haru pada yeri.
Joohyun kembali memberikan kecupan pada kening yeri, ia tersenyum mebalas senyuman yeri yang selalu terbit walaupun keadaan tak memungkinkan yeri untuk tersenyum.
"Eomma pamit." Setelah itu joohyun pergi meninggalkan yeri yang sedang menatap kosong kearah Orden yang Tersibak karena tangan joohyun yang menariknya.
******
Yeri sudah mengemasi semua barang-barangnya sendiri, sebelumnya joohyun sudah memperingati yeri agar menunggu joohyun saja yang Memberesinya, tetapi yeri menulikan perkataan joohyun, ia tak mau merepotkan ibu nya itu. Yeri merasa kasihan karena joohyun pasti merasa lelah karenanya. Walaupun joohyun tak pernah mengatakan itu, namun yeri sudah mengetahuinya terlebih dahulu tanpa harus joohyun yang mengatakannya. Karena yeri yakin kalau joohyun tak akan pernah mengaku lelah untuk menjaganya.
Sreak.
Yeri menoleh kebelakang, ia melihat jiwon melangkahkan kakinya menuju kehadapannya. Yeri canggung, ini adalah pertama kalinya yeri merasakan kecanggungan saat berada didekat jiwon, biasanya wanita muda itu terlihat santai dan biasa saja jika dekat dengan jiwon. Lantas sekarang? Mengapa berbeda.
"Selamat siang sayang." Jiwon tersenyum manis. Ibu dari jungkook itu langsung mengusap kepala yeri.
"Pagi." Jawab yeri mengurangi detak jantungnya yang tak bisa mengurangi pompanya, yeri tak tahu mengapa ia bisa seperti sekarang ini. Sangat tak nyaman, mengapa seperti ini? Tak seperti biasanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Special To My Wife✔
Fanfic"Dia adalah wanita terhebat yang pernah aku miliki." - jeon jungkook bagaimana kelanjutanya?.... -Jjk/kyr Area Coverby: titizkyla