"jinwoo, kakak pulang..." minkyu membuka pintu, meletakkan tasnya di kursi lalu melepas kaos kakinya. ia menoleh ke sang adik, "kamu udah makan?""u-udah."
minkyu mengernyit, "udah kerjain pr?"
"udah."
ia berjalan mendekat ke jinwoo yang membalut sekujur tubuhnya dengan selimut, bersandar di ujung ruangan.
"kamu kedinginan?"
jinwoo buru-buru mengangguk, "i-iya."
minkyu merasa ada sesuatu yang janggal, sehingga ia memperhatikan wajah si adik dengan sangat teliti dan terkejut saat menyadari ada luka gores di pipi si adik.
apa ini?
"jinwoo?!" mingyu menyentuh pelan pipi jinwoo, "pipimu kenapa?"
"k-kena pintu, kak!" bohongnya.
minkyu tidak percaya akan kata-kata jinwoo. ia menduga, "kak yohan?"
jinwoo membantah, "bu- bukan!"
minkyu mendengus, ia keluar dari kamar untuk menemui kak yohan di ruang lain. ia berseru, "kak yohan!"
yohan yang tengah memainkan ponselnya mengerutkan dahinya, melihat minkyu tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya.
"kakak ngapain? jinwoo kakak apain?"
"kakak gak ngapa-ngapain."
"jangan bohong."
tidak ada balasan dari yohan. minkyu tertawa penuh sarkas, tahu betul maksud dari keheningan tadi. "kak yohan, jinwoo salah apa lagi?"
yohan menghela nafas dalam-dalam,
"adek lo mecahin piring tadi. ajarin dia biar gak teledor bisa nggak sih?""kakak..." minkyu yang merasa sangat kesal mengepalkan tangannya kuat-kuat, cepat-cepat berbalik ke dalam kamarnya.
"jinwoo," minkyu menatap kedua mata jinwoo yang berbinar, "jujur. ini kenapa?"
"kena pecahan piring." jawab jinwoo.
minkyu menyingkirkan selimut dari tubuh jinwoo, dan sontak kaget saat melihat sebuah luka memar di lengan adiknya. "ini kenapa lagi?!"
"k-kak yohan..." jinwoo ragu-ragu menyelesaikan kalimatnya, "tadi..."
"dorong aku..... ini... kena meja."
minkyu meringis, kembali menarik si adik ke dalam pelukannya. "astaga, jinwoo..." mingyu menutup matanya rapat-rapat.
perlahan sebuah memori kembali muncul, terputar kembali di dalam kepalanya.
beberapa bulan sebelum kelahiran jinwoo...
"minkyu, yohan. sebentar lagi kalian akan punya adik."
"waah!" minkyu—yang masih berusia 5 tahun—tersenyum lebar mendengar perkataan ibunya. ia merasa antusias dan senang, apalagi saat sang ibu mengelus pelan kepalanya.
"kalau nanti adik bayinya sudah lahir, adiknya harus selalu disayang, ya."
"iya, bunda!"
"janji?"
"janji!!!" mingyu mengangguk.
sang ibu menoleh ke arah putra sulungnya, yang mengalihkan tatapan darinya. "yohan?"
"enggak mau." yohan berujar datar, melipat kedua lengannya.
"kenapa begitu, sayang?" tanya sang ibu.
"sama minkyu aja bunda udah sering gak peduli sama aku, gimana nanti kalo adiknya lahir? emang nggak bisa dibatalin bun?"
"gimana sih kak, ya nggak bisa lah!" sahut minkyu.
"sok tau kamu!"
"makanya kakak belajar, jangan nge-game terus!"
"berisik!"
kedua putranya malah saling adu mulut, menciptakan keributan lagi di antara mereka. "duuh, udah, udah."
"yohan..." ibunya berdiri, duduk di sebelah yohan. ia mengangkat pelan dagu sang anak, lalu menunjuk perutnya yang kian waktu makin membesar. "adik bayi ini, anugerah Tuhan."
yohan bergeming, menyimak serius penjelasan dari sang ibu.
"kamu juga, dulu dari dalam sini."
yohan mengernyit, namun tetap diam.
"kita harus bersyukur. anak ini titipan Tuhan, harus dijaga sampai tumbuh besar dan sehat nanti. bayi ini amanah, jadi harus selalu diberi kasih sayang. ngerti?"
yohan masih belum bisa terima, sehingga ia mengeluh. "tapi... tapi bun..."
"bunda sayang sama semua anak bunda. memang kamu punya bukti bunda gak sayang sama kamu?"
"punya!" seru yohan keras-keras.
"waktu kita nginep di hotel di luar kota, bunda nemenin minkyu kemana-mana. minkyu juga dibelikan jaket baru, banyak pula. bunda juga nyuapin minkyu, beliin mingyu obat, nemenin mingyu mandi, pegang tangan mingyu kemana mana."
bundanya tertawa, mencubit pelan pucuk hidung putranya. "mingyu kan gampang sakit, yohan. sistem imun nya lemah. bunda takut dia kenapa-napa saat bunda nggak ada."
ia beralih menepuk pundak sang anak,
"kalo yohan kan, kuat. benar?""karena kamu kuat, bunda percaya kamu bisa mandiri. kamu harus bersyukur karena kamu gak gampang sakit. coba tanya mingyu. memangnya enak sering sakit?"
yohan melirik minkyu, yang tengah menggeleng. "enggak, tau, kak. kalau bisa, aku mau tukeran badan sama kakak."
"tuh, kan." ibunya merangkul kedua putranya, "bunda sayaaaang banget sama anak anak bunda."
"ahahahahah!"
kedua putranya tertawa, merasa geli dengan gelitikan sang bunda. "nah, janji ya. selalu jaga adik bayinya apa pun yang terjadi. oke, jagoan-jagoan bunda?"
yohan tersenyum, begitu juga dengan mingyu. mereka berdua berseru kompak,
"iya, bunda!"end of flashback...
kak yohan... kakak sudah janji.
❁
HAI HAI HAII!! yaampun maaf kalo ada typo atau errors atau apalah itu, aku ngeditnya ngebut so sorry:')
HARI INI AKU DOUBLE UPDATE SO KEEP SCROLLING!!
love you guys !❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Siblings ✓
Fiksi Penggemarsemua orang tahu kim yohan dan kim mingyu adalah dua kakak beradik yang tidak pernah akur. yohan bahkan tidak mau menganggap si bungsu, jinwoo, sebagai adiknya. xyla, sahabat kedua kakak beradik itu, selalu bertanya-tanya pada dirinya sendiri. seben...