O7

1.2K 224 2
                                    

hai, maaf ya udah dibuat lama bersinggah di awan yang berdebu : )











raut yang tak berkonkret, pandangan terkunci di dua gelas cangkir teh di hadapannya, salah satunya masih terisi penuh dengan cairan infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun. sedangkan cangkir lainnya telah habis setengah.

arimbi seketika membisu di bangku terasnya. raga bagaikan dihantam rasa gulana yang berhasil menembus kalbunya. cukup enam hari lebih enam belas jam ia tak bertemu dengan oknum bernama daris.

minggu sore kerap ditunggu, daris selalu datang bagaiamanapun juga. meski tak diminta, pemuda itu tetap datang untuk melihat intannya itu.

"arimbi"

gadis itu sontak menoleh tanpa menghilangkan raut kecewanya itu. sosok pemuda berparas tinggi, lebih tinggi sekian sentimeter darinya. menyenderkan tubuh di ambang pintu rumah sambil mengulum permen didalam pipi kanan.

"kak gema? kenapa?" arimbi memaksakan diri untuk bersuara.

"itu, makan dulu. kamu dari pagi gak makan" kata kakak kandungnya, gema, yang sepantaran dengan daris.

arimbi tertunduk, mengusap-usap lututnya sebagai usaha menahan diri untuk tidak menjatuhkan air matanya. dia bahkan tidak paham betul dengan perasaannya sekarang ini.

"seenggaknya dia kabarin aku," ucapnya pelan. tidak bisa didengar. sampai gema harus mendekatkan diri dengan adiknya itu.

gema mengusap surai gadis itu, menenangkannya sebisa mungkin. "bi, gak tau ya daris kirim surat?"

mendengar ucapan kakaknya barusan, kedua mata arimbi membulat mantap. tenggorokannya tercekat, serta dadanya bergemuruh antara senang dan gundah.

menerka-nerka isi suratnya, berharap tidak mengecewakan.

"gak tau, serius?" tanya gema tidak percaya. sang adik mengangguk ribut sebagai jawaban.

sesaat setelahnya gema bangkit, berjalan gesit menyeret langkahnya menghasilkan suara mendecit. lalu merogoh-rogoh laci nakas berwarna aprikot dan mencari amplop yang terbuat dari origami.

"arimbi, nih, handphone dia rusak katanya. jadinya kirim surat"

gema menyerahkan amplop itu kepada arimbi yang sejak tadi memasang wajah berbinar-binar. "jadi daris gak kabarin karena hpnya rusak?"

gema bergidik tanda tidak tahu. arimbi tidak menghiraukan kakaknya, dia sibuk membuka amplop berisi surat kecil dari daris itu.












arimbi,

maaf, aku tau kamu pasti marah karena seminggu terakhir ini aku nggak kasih kabar. besok malam aku jemput ya, kita jalan-jalan ke bukit bintang.

daris










yang cocok jadi gema siapa ya?

AWAN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang