"ayo, ikut sebentar!"
masih pagi buta, menyentuh secangkir teh saja aku belum sempat. pemuda di hadapanku ini bukan main misteriusnya, datang tak diundang pulang tak diantar. namun, raut wajahnya meyakinkanku bahwa kali ini dia datang dengan sebuah tujuan. kak dildar tergeming di dalam alat pelindung kepala dari bahan metal itu. lantas menungguku membalas ucapannya.
"kak, matahari aja baru muncul sejengkal dari tempatnya" ucapku dengan ekspresi tak percaya, seraya memastikan keluargaku tak tau kedatangan kak dildar.
ia mengangkat alisnya. "udah, ayo, ikut aja! supaya kamu gak gelisah lagi." katanya makin menimbulkan banyak tanya di kepalaku. aku tidak menuruti perintahnya begitu saja. jelas, aku sudah cukup, tidak ingin diputar-putar lagi.
ia mungkin paham apa yang kupikirkan saat itu. "kamu gak percaya?" tanyanya dengan nada lebih lembut sambil melepaskan helmnya. "gak jauh dari sini kok, hanya butuh beberapa menit. aku mau kasih tau sesuatu, biar semuanya clear" kak dildar masih berusaha meyakinkanku.
mau tak mau, lagipula kak dildar ini juga yang seakan-akan tidak mau tau bagaimanapun juga aku harus ikut dengannya. daripada berlama-lama dan buang-buang waktu, akhirnya aku memutuskan untuk menurutinya.
setelah beberapa waktu bersiap, aku dan kak dildar pun berangkat. sudah kubilang, ini masih pagi buta. hanya ada satu-dua orang terlihat di sudut-sudut kota, kebanyakan dari mereka menenteng-nenteng payung. karena memang prakiraan cuaca mengatakan kalau hari ini akan turun hujan.
oke, aku pikir hari ini akan menjadi hari yang buruk.
"udah" suara kak dildar terdengar samar bersamaan dengan motor yang ia hentikan. aku mengedarkan pandanganku keheranan.
"udah?" dia mengangguk perlahan kemudian melepas pelindung kepalanya itu. memperlihatkan jidatnya yang penuh peluh, padahal cuacanya sedikit mendung jadi tidak begitu panas.
"iya, udah sampai" aku mengernyit. tak ada apapun selain ──panti rehabilitasi?
oh, mungkin saja kak dildar ada keperluan yang harus diselesaikan terlebih dahulu di tempat ini.
"ada urusan dulu disini, kak?" tanyaku.
kemudian nampak kerutan di antara alis berwarna hitam kecokelatan milik kak dildar. "hah? enggak, arimbi, ini tempat tujuannya" balasnya sambil sedikit terkekeh, entah apa yang lucu.
"panti rehabilitasi?" otakku mencoba mencari definisi dua kata itu, alias aku sedikitpun tak tahu apa-apa soal tempat ini. butuh beberapa menit, sampai kemudian oknum di hadapanku ini menjentikan jarinya.
"udah, ikut aja, katanya mau ketemu daris!"
"d-daris!?"
bagaikan kehilangan akal, langkahku tergesa-gesa, jantung hati yang sudah bergemuruh tak karuan membawa pikiranku mengawang. seakan semua ini tipuan. tapi nampaknya memang benar selama ini aku hanya ditipu.
"hari ini daris pulang ke rumah" kak dildar menoleh ke arahku seraya tersenyum simpul. aku menghentikan langkah beriringan dengan kak dildar menghentikan ucapannya.
dia dekat. tak seujung kuku pun terlihat berbeda. dia berdiri beberapa langkah dari tempatku berpijak, hingga terlihat jelas langit matanya.
sudut bibirnya terangkat tulus. "arimbi," ia mulai bertutur meski suaranya terdengar ragu.
"aku pulang."