aku tau dildar, aku kenal dildar dan aku tau seluk beluknya. malam ini, aku tidak ingin berprasangka buruk padanya, tapi apa salah kalau aku bilang perbuatannya lancang?
sebab aku tidak tau benar, apa dia meminjam ponsel daris untuk menelponku atau dia diam-diam mengambil ponsel daris atau apapun itu.
"ini bukan daris, ini dildar"
"k-kak dildar!?" suaraku menggema di seluruh ruangan, semoga tidak terdengar sampai lantai bawah atau aku akan dalam masalah.
"ada apa, kak dildar? bukannya ini nomor daris?" tanyaku memastikan.
"emang ini nomor daris, dianya sudah tidur" jawab sang empu suara di seberang sana.
hah? dianya sudah tidur? dia bilang kalau daris sudah tidur, bukankah artinya kak dildar menggunakan ponsel milik daris itu tanpa sepengetahuan si pemiliknya?
"oh, begitu ya, darisnya sudah tidur," balasku sambil pura-pura tertawa seolah tidak tau apa-apa. "emangnya ada perlu apa ya, kak?"
benar, aku sedikit kecewa ketika tau bahwa si penelponku selama seharian ini bukanlah daris.
"hmm begini ... besok kamu ada waktu?"
aku memutar otakku, mengingat kalau besok siang ada janji dengan arel untuk belajar bersama di perpustakaan.
"sabtu besok ya? kalau siang aku gak bisa, sorenya baru aku bisa" jawabku seadanya. "penting ya, kak?" tanyaku lagi.
sedetik setelahnya tidak terdengar jawaban dari kak dildar, mungkin dia sedang berpikir. "ya, begitulah. nanti kujemput ya, mumpung masih ingat rumahmu"
"o-oke, makasih"
tak lama setelah itu, teleponnya ditutup. aku masih mematung heran dan tidak percaya kalau yang barusan bicara itu bukan daris.
kak dildar mungkin tidak pernah tau, kalau daris pernah membicarakan tentangnya padaku. daris bilang kalau dildar pernah suka padaku. itu yang kumaksud, apa ada yang aneh disini?