dua bulan berlalu tanpa disadari. tebak apa yang mengejutkan?
aku dan daris putus komunikasi. sejak hari itu dia menghilang. hari dimana aku puas melepas rindu kepadanya di puncak bukit bintang.
sayangnya lidahku saat itu terasa kaku untuk memohonnya agar tidak pergi. dan sekarang apa? dia mungkin akan benar-benar meninggalkanku.
aku selalu berpikir, apa kisah kami akan semudah itu? apa cerita akhirnya akan seperti ini? bahkan aku tidak tau apa hal yang menyebabkan sikap daris berubah drastis.
"arimbi! bengong aja ih!"
seseorang terdengar memekik, membuat lamunan ku terbuyar di detik selanjutnya. ah, pikiranku berhasil dihantui oleh oknum itu. daris, siapa lagi.
aku menghela panjang, lalu mengelus-elus pipiku. "i-iya, astaga"
"arimbi, kita tuh kan mau ngelakuin banyak ujian. kalo fokus kamu pecah kayak gini, nanti bakal gimana?" temanku, itu kata temanku yang sekarang terlihat khawatir.
dia duduk dihadapanku, menopang dagunya dan menatapku penuh kecemasan. aku mengerti, dia itu teman yang baik dan sudah menganggapku lebih dari teman. jadi jangan heran dia sering sama cemasnya dengan bundaku.
aku tetap membungkam, menatap nilam jauh lebih cemas.
"kenapa sih, ngomong dong bi, daris lagi?" tanya nilam sambil menepuk-nepuk pelan punggung tangan kananku.
aku sudah langganan bercerita soal daris padanya. bahkan sejak awal dekat dengan daris pun nilam yang menjadi saksinya. sampai dia sendiri hafal sikap dan kelakuan daris seperti apa.
"tebak lam, coba" kataku tersenyum tipis.
"apa? daris bawa hadiah? atau dia ngajak kamu liburan? iya?" nilam terus menebak, jauh dari apa yang sebenarnya terjadi.
di lain sisi, aku cuman bisa menahan tangis, berandai-andai kalau saja apa yang ditebak nilam itu sungguh terjadi, sekali saja aku ingin merasakan liburan bersama daris. terutama liburan ke jakarta.
aku menggeleng pelan, "nilam, nanti aku boleh ke rumahmu gak?"
"k-kenapa? yaudah, nanti jam dua siang datang aja ke rumahku yaa"
