O8

1.1K 191 8
                                    

aku, hari ini dibalut pakaian sederhana dan juga perasaan bahagia. tidak perlu kujelaskan lagi darimana datangnya perasaan bahagia itu.
meskipun sebenarnya sedikit kecewa karena katanya kesempatan hujan hari ini hanya sepuluh persen, aku dengar dari radio tadi.

aku masih mengguncang-guncangkan kaki, menunggu juga membayangkan wajah berseri yang sudah lama dirindukan. tidak kalah dengan rasa rinduku pada si hujan.

tak lama setelahnya, wajah berseri itu tiba-tiba muncul di hadapanku. hidungku dan hidungnya hanya berjarak sekian sentimeter. "hei, melamun aja" dia tersenyum simpul kemudian mengacak-acak rambutku.

aku sibuk menggerutu karena dia mengacak-acak rambutku yang sudah susah payah ditata. "ish, aku udah cantik, rambutku malah diawut-awut"

"awut-awutan juga cantik" ucapnya sebelum melengos dari hadapanku. minta izin sama bunda dan kak gema.

seperti biasa, daris menjadi satu dari ciptaan tuhan yang aku kagumi di hari ini. terdengar berlebihan. entahlah, penampilannya hari ini terlihat beda dari biasa, tapi aku juga bingung di titik mana yang membuatnya terlihat berbeda.

daris sudah mendapat izin dari bunda dan kakak laki-lakiku. dia bergegas meraih tanganku dengan gesitnya membawaku kepada kuda besi kesayangannya. tidak lupa helm retro satu untukku dan satu lagi untuknya.

dia menjalankan motornya, membawa ke tempat yang ditulis olehnya dalam surat yang diberikan kepadaku tempo hari. iya, aku ingat betul, bukit bintang.

pukul 17.23

maaf jangan mengira aku anak malam, tapi daris sendiri bilang kalau akan lebih baik jika datangnya saat langit sudah gelap.

dan benar, sampai di sana aku dibuat tercengang. begitu berdiri di puncak bukitnya, terasa seperti dikelilingi taburan bintang-bintang.

lampu-lampu kota seolah bintang, namun bintang-bintang yang sesungguhnya pun ada, bahkan sebagai saksi bisu antara aku dan daris.

pengunjungnya cukup banyak, namun karena tempatnya yang luas membuat terlihat tidak begitu ramai.

"kamu dibuat bingung ya?" kata daris dengan volume suara sedang, duduk disebelahku sambil memeluk lutut. aku pun sama.

"bingung apa?" aku balik bertanya.

"bingung kenapa aku hilang tiba-tiba" lanjutnya begitu, kemudian aku mengangguk ragu.

"tapi yang dipikiranku cuman ucapan ar─"

aku refleks menahan ucapanku saat aku hampir menyebutkan nama arel, oknum yang memberi tau padaku bahwa daris akan pindah.

aku tidak langsung percaya sih.

"apa?" daris menoleh.

"a-aarrrr, kakiku digigit semut merah" erangku berpura-pura.

daris mengulum senyum, senyum yang mengartikan bahwa dia tau aku sedang berpura-pura. tangannya bergerak kearah suraiku, berkali-kali dielusnya membuat kehangatan di puncak kepalaku.

"gak peduli apapun itu, arimbi. tapi aku minta tolong satu, jangan sampai senyuman itu gak bisa kulihat lagi walaupun bukan aku alasannya" dia berucap, menatap manik mataku dalam-dalam.

"tersenyum sekalipun sampai pipimu sakit, pun kalau nggak ada aku, kamu juga harus tersenyum"

ucapannya itu. ucapannya barusan menimbulkan ribuan pertanyaan. jadi benar kata arel?

daris mau pergi?

AWAN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang