Chapter 1

8K 436 8
                                        

Aku yang terlalu bodoh, merasa ingin dicintai oleh orang sepertimu. Menjadi salah satu dari sekian banyaknya gadis yang menyukaimu. Entahlah, yang aku tahu hanya begitu menginginkanmu.
-


Saat angin bertiup seolah menggetarkan hatiku. Mataku sejenak terpejam, memikirkan masa lalu yang terlintas begitu saja. Saat kesunyian ini tidak cukup hanya menggetarkan hatiku. Ketika dalam sunyi samar-samar suara kecil itu mulai terdengar, aku berusaha menajamkan pendengaranku.

Bagian yang tumbuh jauh dalam hatiku. Saat mereka datang bertemu dan melewati begitu saja, rasanya seperti ingin berkata dengan kalimat 'lihat lah ke tempat itu'.

Dalam setiap detik saat pikiranku selalu berfokus padamu, jika mengingatku, maka berjalanlah dengan tegar. Pertemuan kita dan juga perpisahan kita.

Kenangan yang semakin memudar. Jika kau mencintaiku maka tersenyumlah, berjanjilah padaku untuk tetap tersenyum bagaimanapun rasa sakitnya.

Kenangan hidup yang belum usai, hadir begitu saja dan menjadi benalu dalam diriku.

___

Aku disini, di Negara ber-iklim dingin seakan membuat tubuhku ingin membeku rasanya. Kalian tahu Kanada? Lebih tepatnya Calgary Stampede. Banyak orang yang mengatakan kalau tempat ini layak nya seperti Negeri Dongeng, Kanada juga banyak menyimpan tempat-tempat indah lainnya. Salah satunya seperti tempat yang saat ini aku pijak.

Ya, disinilah aku. Di kota Calgary kosmopolitan yang juga merupakan salah satu bagian dari Kanada. Aku tersenyum sejenak mencoba menyelaraskan pandanganku ke sekitar tempat.

"Yerimie!" panggil seseorang berhasil mengalihkan seluruh atensiku.

Aku sedikit terkejut setelah mendengarnya memanggilku seperti tadi, langsung saja aku refleks memukul keras bahunya dan membuatnya berhasil meringis kecil disana.

"I'am Katy, sudah kubilang jangan sekali-kali memanggil nama asliku disini."

Dia hanya mendengus pelan sesekali mengusap lengannya yang kurasa masih terasa sakit, "Aku tidak peduli," ujarnya sembari mengindikkan kedua bahunya acuh. Dia juga memberikan aku segelas Cup Coffee yang sejak tadi sudah bertengger di salah satu tangannya itu.

"Kau tidak masuk sekarang?" tanya dia sesekali menyesap tanpa mengubah arah pandangannya padaku.

Aku menghela napas pelan, "Aku malas pergi kesana, Wendy." Ucapku dengan lugas.

"Kenapa? Bukankah sebelumnya kau begitu bersemangat?" herannya.

Aku meringis kecil. Sudut bibirku berkedut membentuk sebuah lengkungan kurva, "Aku hanya takut," cicitku sembari menatap lurus ke depan, "Aku hanya takut hatiku akan kembali goyah saat melihatnya," lanjutku dengan tertawa miris sesekali menendang kerikir kecil dibawah kaki jenjangku.

"Terdengar sulit memang, bahkan ada pepatah kuno yang mengatakan kalau menunggu waktu yang tepat untuk bertindak itu jauh lebih baik," tutur Wendy.

Sekali lagi aku meringis, hatiku terasa tertohok begitu mendengar penuturan Gadis berdarah Korea-Kanada yang saat ini tengah bersamaku. Dengan menundukkan kepalaku sembari menatap sepasang sepatu yang kini melekat disana, "Bukankah aku terlihat pengecut?"

Gadis berambut pirang di depanku lantas mendengus pelan, "Tidak, aku mengerti dirimu Katy. Aku mengerti bagaimana mencintai seorang Pria yang banyak dicintai oleh Gadis lain, kurasa cukup menyakitkan."

Aku tersenyum kecil dibuatnya. Entahlah kupikir inilah nasibku, "Kau benar."

"Mau naik itu bersamaku?" ujar Wendy berusaha mengalihkan pembicaraan mereka sembari menunjuk ke arah wahana Rollercoaster.

Perfect Sunbae [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang