Masa depan. Bukankah itu adalah hal yang sangat penting? Kita harus membuatnya dengan walau pada akhirnya tidak bisa.
-Hari demi hari berlalu. Yeri, wanita dengan surai panjang menjuntai masih berjalan disepanjang jalan tak lupa dengan sepeda yang sejak tadi didorongnya. Karena kebahagiaan itu sederhana, sama seperti Yeri merasa lebih cukup setelah pergi keluar menikmati angin.
"Yeri." Yeri menghentikan langkahnya setelah mendengar namanya disebut, ia menoleh pada sumber suara di belakangnya. Ya, orang itu Eunha.
"Ada apa kau menemuiku lagi? Belum cukup puaskah dirimu!" sarkasnya.
Eunha tentunya merasa bersalah disana, perasaan menyesal itu tetap saja menghantuinya kapanpun dan dimana pun ia berada. Gadis itu berpikir mungkin satu-satunya cara adalah mengakui kesalahannya didepan Yeri, setidaknya itu yang ia inginkan sekarang.
"Aku minta maaf," tukas Eunha seraya menatap tulus ke arah Yeri membuat wanita beranak satu itu terdiam di tempatnya. Sulit dipercaya, pikir Yeri.
"Aku dibutakan oleh harta dan cinta. Aku tahu sikap dan tindakanku selama ini sudah keterlaluan dan melibatkanmu dalam masalah besar-" ucap Eunha menjeda, "Bukankah mencintai itu hanya cukup melihat orang yang kita sayangi bahagia? Lima tahun yang lalu aku mungkin belum pernah berpikir ke arah sana, aku sadar aku terlalu egois. Sekarang maukah kau memaafkanku Yeri?"
Yeri masih terdiam disana. Ia cukup bimbang, "Karena menakutkan ketika kita membuat kesalahan, maka jangan mengulainginya lagi."
Eunha terdiam disana, kata-kata itu seperti seolah menyindirnya secara halus. Itu fakta dan Eunha mengakuinya.
"Untuk sekarang aku tidak tahu harus berkata apa untukmu, aku juga masih berbaik hati tidak menjebloskanmu ke dalam Penjara atas semua tuduhanmu selama ini."
"Sekarang kau berhak atas diriku, aku siap menanggung semua resikonya Yer," ucap Eunha.
Yeri mulai menaiki sepedanya. "Maaf, tapi aku tidak sama sepertimu Eunha. Aku tidak sekeji dan sejahat dirimu, aku pergi."
Eunha menjatuhkan kedua lututnya diatas tanah, apa dulu dirinya sejahat itukah? Mimpi buruk itu masih ada walaupun dirinya berusaha dengan keras mengelaknya. Ia kembali menatap kepergian Yeri disana, gadis yang sudah ia fitnah dan hancurkan Perusahaan Kakaknya ini masih terlihat baik-baik saja. Apa yang salah dengan dirinya? Kenapa hanya dirinya yang dilahirkan menyedihkan seperti ini?
___
Sudah menjadi kebiasaannya setiap bekerja. Yeri selalu menitipkan sepeda kesayangannya pada Bibi Oh sebelum bekerja.
"Kau sudah datang Yeri?"
Suara itu menginterupsi Yeri untuk segera menoleh. Disana ia melihat Eunwoo baru saja keluar dari sebuah ruangan, lengkap dengan Apron merah yang tengah dipakainya. Wanita itu tersenyum melihat kedatangan Eunwoo seraya menganggukkan kepalanya.
"Ruangan masih terlihat sepi belum juga ada pelanggan" ucap Eunwoo sembari memberi sebuah Apron dengan warna yang sama seperti yang ia pakai sekarang pada Yeri.
"Bersabarlah sebentar," kekeh Yeri disana.
"Kapan kau akan menerimaku? Aku tidak tega melihatmu terus bekerja seperti ini," ucap Eunwoo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Sunbae [End]
Dla nastolatków"Ada rasa yang harus ditahan dan itu menyakitkan," tutur Eun Woo. "Apa maksudmu?" "Kau menahan rasamu pada Jungkook sama seperti aku yang menahan rasa terhadapmu." -Aku menginginkanmu sama seperti saat kamu menginginkannya- Yeri Jo. ______ Genre :...