Amalnya hihi**
Tiba waktunya untuk hari terakhir berlatih. Efrans dan tim nya pun mempersiapkan diri untuk esok. 95% Efrans memaksimalkan tim nya ini untuk menuju menjadi pemenang.
Latihan terakhir yang membutuhkan energi super ekstra pun menghabiskan banyak tenaga. Tak jarang ada yang terjatuh atau pusing saat berlatih meski telah makan sekalipun.
BRUK!-Fani terjatuh dalam logak kecil di tempatnya berbaris. pusing yang sedang Fani rasakan saat ini.
Bukannya membantu, Efrans hanya menggelengkan kepalanya kepada Fani. Dan Fani yang masih merasa pusing pun hanya memegangi kepalanya.
"Serius latihan gak sih?" Efrans mencerca Fani yang masih duduk di atas tanah itu.
Latihan ini di laksanakan bukan di area sekolah melainkan di tanah lapang yang di sorot langsung sinar matahari sore.
Fani tidak menjawab. Dan Naya langsung mengarah dan membantu Fani bangun dari duduknya.
"Fani kecapean Pan!" Naya yang masih memegangi pundak Fani pun membelanya.
"Terus?" Efrans mengangkat satu alisnya. "Yang lain juga cape kali. Dari tadi latihan! Emang cuma Fani doang?" Efrans menyekak perkataan Naya.
"Udah deh gue cuma pusing biasa lagian gue kuat ko." Fani menyela perkataan diantara keduanya.
Efrans sebelumnya tidak pernah sampai membentak bahkan marah. Mungkin karena Efrans terlalu letih melatih dan yang di latihannya pun sedikit membangkang. Jadi tak heran jika Efrans melampiaskan amarahnya kepada Fani yang membuat kebetulan membuat kesalahan.
"Semuanya fokus berbasis di barisannya masing-masing" ucap Efrans seraya menepuk tangannya sendiri.
Fani langsung masuk ke dalam barisan. Karena ia tak ingin di marahi oleh coach nya lagi. Efrans pernah memberikan nada tinggi kepada Fani waktu di organisasi Osis,namun Fani selalu merasa biasa saja. Lalu,mengapa hari ini Fani merasa takut?
****
17.30
Latihan baru saja selesai. Dan Efrans memberi pengarahan untuk besok."Hai guys,besok itu kita jalan menempuh jarak sekitar 8 KM. Maka dari itu jangan lupa bawa makanan sama air mineral untuk jaga jaga" ujar Efrans.
Semuanya pun mengangguk faham dan segera bubar untuk pulang menuju rumah.
Fani segera mengambil tasnya yang tergeletak di tanah. Di dekat tasnya sudah ada Efrans yang juga sama mengambil tas.
Fani tidak menoleh sedikit pun ke arah Efrans. Mungkin Fani masih geram dengannya yang membentak dirinya di depan banyak orang.
Efrans pun sama. Ia memasang muka datar dan ketidak pedulian nya kepada Fani.
Jalan raya tempat biasanya Fani menyetop angkot terbilang jauh jika dari tanah lapang. Dengan terpaksa pun Fani harus berjakan kaki menyusuri jalan yang hanya bisa di lewati oleh motor. Karena teman-temannya sudah terlebih dahulu pulang mengenakan motornya masing masing.
Sedangkan Fani?,naik motor sendiri saja dia masih takut. Akhirnya Fani pun memilih untuk naik angkutan umum menuju sekolahnya.
"Fan ikut gak?" Ucap Efrans yang mengejar dirinya menggunakan motor.
"Gak!" Ucap Fani tanpa menoleh.
"Tar lo pusing lagi! Jalan raya tempat biasa lo naek angkot juga masih jauh!" Efrans mengendarai motornya pelan sambil mengimbangi jalannya Fani.
"Terus?" Fani hanya menjawab singkat dan tertunduk.
"Lo marah ya?" Tanya Efrans yang membuat Fani berhenti dari jalannya dan langsung menatap mata Efrans.
"Terus maksud lo dengan tadi carannya lo bentak bentak gue di depan banyak orang,gue gak marah?gitu?" Fani masih menatap mata Efrans tajam penuh amarah.
"Ya gue sadar itu,gue minta maaf" Efrans meminta maaf kepada Fani. Namun maafnya terlalu basi untuk Fani. Fani pun melanjutkan jalannya.
"Oke kalo lo gak mau gue anter pulang gue gak akan pergi dari jalan ini" Efrans berteriak berharap Fani yang sudah jauh meninggalkannya pun dapat mendengar.
DUAR! DUAR! DUAR! suara petir yang terdengar di telinga Fani yang membuatnya menoleh ke belakang.
Ternyata Efrans yang masih terdiam duduk di atas motornya.
"Orang gila emang! Ada petir bukannya pulang malah masih diem di tengah jalan! Pengen ke samber apa?" Fani menggumam melihat Efrans yang masih setia di belakangnya.
Rintikan air hujan pun mulai turun perlahan dan Efrans masih saja terdiam di sana. Geram akan aksinya Fani langsung saja berlari menuju Efrans berada.
"Eh lo budeg apa buta? Gak denger apa banyak petir terus gak liat apa hujan udah turun?" Fani berbicara dengan suara keras.
Efrans masih menatap wanita yang berdiri di depan motornnya.
"Lo gila ya?" Fani memegani kening Efrans yang biasa saja.
"Elo yang budeg! Gue panggil dari tadi juga gak nyaut nyaut" Efrans membuka suaranya.
Fani terkejut,"panggil apa?" Fani membatin bingung.
"Gue panggil panggil lo.kata gue kalo lo gak mau gue anter, gue bakalan diem di sini. Bodo amat gue mau kesam--" Perkataan Efrans terpotong karena telunjuk Fani telah menutup bibirnya.
"Syuuuuut! Bego jan ngomong kaya gitu" Fani menghentikan lanjutan ucapan Efrans.
Efrans tersenyum miring dan mengangkat satu alisnya."Lo khawatir ya?" Efrans terkikik kecil.
"Ge-er banget si lo!" Fani memutarkan kedua bola matanya.
****
Untuk kedua kalinya Efrans mengantarkan Fani pulang. Pakaian mereka basah kuyup karena hujan.
Rumah Fani selalu terlihat sepi. Tetapi tidak menakutkan. Efrans heran mengapa setiap ia mengantarkan Fani pulang, pintu rumahnya selalu menutup beda dengan pintu rumahnya yang selalu terbuka. Apa Fani tinggal sendiri?
"Makasih Pan" Fani membuka helm dan memberikannya kepada Efrans.
"Fan,rumah lo sepi amat? Nyokap ma bokap lo ada kan?" Kekepoan Efrans pun maju.
Fani melirik rumahnya sekejap. Memang iya si,rumah Fani sepi. Mobil di garasinya pun belum ada. Rumah Fani akana ramai jika ayahnya pulang. Namun ayah Fani memang orang sibuk. Urusan bisnis dan perusahaan peninggalan kakeknya yang kini menjadi tanggungan ayah Fani.
"Hehe,rumah gue emang kaya gitu Pan. Ayah gue pulangnya jarang dia selalu ada kerja di luar kota dan mamah gue dia Dosen jadi yah sibuk dua duanya. Gue di sini anak tunggal. Jadi ya gini deh" Fani menjawab pertanyaan Efrans dengan sedikit curhat.
"Curhat bosQ" ujar Efrans terkikik. Fani hanya melirik matanya sinis ke arah Efrans.
"Udah sana lo balik" Fani menepuk tas Efrans.
"Anjir ngusir!" Efrans berdecak kesal.
"Arghhh maap gue gak berani masukin lo kerumah. Gak ada orang soalnya hhe" ucap Fani sembari memegang kepalanya yang tidak gatal.
"Ya ngerti ko,udah gue mao balik. Semangat buat besok,jangan lupa langsung mandi entar masuk angin" Efrans tersenyum dan langsung memakai helmnya.
Saat Efrans sudah menghilang dari pandangannya, Fani segera mendeplak pipinya keras.
PLAK!!!
"ANJIR SAKIT" Fani mengelus elus pipinya yang ia tampar tadi."Serius itu si Efrans bilang kaya gitu?" Fani yang masih memegangi pipinya sendiri pun tak henti hentinya tersenyum.
A/n: ADOH ABSURD DAN GAJE INI 😂 MAAFKAN DAKU GUYS. Sosweet ya ujan ujanan sama orang yang di suka. Gue aja belum pernah kaya gitu. Arghhh iri suer ✌. Oke lah jangan bosen baca ya. I miss U❤
KAMU SEDANG MEMBACA
jealous
Teen FictionPria berdarah dingin sedingin es balok,dan ia pria cuek se jagat raya. Pria ter anti terhadap wanita dengan sifatnya yang sedikit posesif dan pencemburu, efrans. Mengapa efrans bisa menyukai wanita yang satu ini. Karena wanita yang satu ini menurut...