16

461 16 0
                                    

Tinggalin jejak yuhu**

Tiga hari telah berlalu dan Fani masih terbaring lemas di ranjang rumah sakit. Dan tak lupa, dengan selang infus yang masih menempel di tangannya tiga hari ini.

"Tuk tuk tuk"

Terdengar suara ketukan pintu seseorang dari luar. Esti yang sedang menyuapi makanan kepada Fani segera berhenti dan mengarah ke pintu untuk melihat siapa yang mengetuk pintu kamar rawat Fani.

"Eh nak Efrans". Esti menyapa kehadiran Efrans yang datang menjenguk anaknya ini.

Efrans segera bersalaman dengan ibu Fani.

"Silahkan masuk nak!" Esti merangkul pundak Efrans yang lebih tinggi darinya.

Efrans memang seperti ini orangnya. Kalem plus sopan kalo di depan orang tua. Beda banget kalo lagi ngumpul sama geng nya.

"Eh embe di sini ! Ngapain?" Fani langsung bangkit dari tidurnya.

"Bawain martabak manis coklat kacang buat lo!"

"Eh eh eh"

"Yeh udah gak usah bangun bandel !, ntar infusnya copot" Efrans langsung menahan dan menidurkan Fani di atas bantal.

"Sama pacar panggilnya kok nama hewan si? Gak sopan FAA!!!" Esti menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri pada arah Fani.

Efrans dan Fani yang mendengar kata "pacar" Pun langsung melongo.

BUKAN PACAR!!!

Saut mereka berdua kompak.

Esti bingung kepada kedua remaja​ yang berada di hadapannya. "Bukan pacar?" Lantas mengapa mereka bisa se-akrab ini. Rasanya jika sebatas teman,tidak mungkin Efrans mengantarkan Fani ke rumah sakit dengan muka panik. Toh dia orang sibuk? Mungkin jika begitu Efrans lebih memilih menyuruh seseorang untuk menghantar Fani ke rumah sakit.

"Mamah kira kalian pacaran?" Esti menggelengkan kepalanya.

"Ya engga lah mah! Emangnya kenapa mamah nanya gitu?" Fani bertanya kepada sang ibu yang sedang mengambil minuman di lemari pendingin untuk Efrans.

"Soalnya kemaren Efrans yang nganterin kamu ke rumah sakit dan dia yang nggendong kamu" ucap Esti dengan ekspresi wajah bahagia.

Fani langsung menghadap Efrans yang tengah duduk di kursi tamu sampingnya.

Efrans hanya mengangkat kedua alisnya ke atas dan ke bawah dengan bibir yang di lebarkan.

"Idih malesss" ucap Fani datar.

AAA MASA IYA SIH EFRANS......

Hati Fani merasa tak karuan. Apakah ia sedang bermimpi menjadi seorang putri yang pingsan lalu di tolong oleh seorang pangeran impiannya? Hah seperti dongeng Disney saja.

--
"Katanya ayah kamu udah nyampe di bandara. Gak papa kan mamah tinggal sebentar buat jemput ayah?" Esti minta izin kepada Fani untuk menjemput suaminya yang baru sampai di bandara.

"Fan. Tante nitip Fani dulu ya" sambung Esti sembari membawa tas lalu bergegas pergi.

Jarak antara bandara dengan runah sakit lumayan lah agak jauh namun Esti merasa aman putrinya di jaga oleh Efrans. Jadi Esti meminta Efrans untuk menemani Fani sampai ia kembali lagi.

--

Diam diam dan diam

Tidak seperti biasanya mereka berdua berada di zona awkward. Rasanya mau mangap aja susah apalagi ngomong. Hanya suara tv saja yang mereka dengar.

"Oh iya nih martabak buat Lo" Efrans memberikan satu kotak yang berisi martabak.

"Ya ampun gue kira itu apaan. Dari tadi di diemin di atas meja" ujar Fani seraya membuka kotak." Martabak rasa apa Fan?" Sambungnya.

"Di liat dong bege!"

"Wih coklat kacang. Lo tau dari mana ini rasa kesukaan gue?" Fani mesam mesem.

"Kok gue jadi inget si Dafa ya? Dulu dia yang ngasih ini saat gue di rumah sakit. Dan sekarang yang ngasih ini bukanlah orang yang sama seperti waktu itu. Orang yang gak pernah gue sangka sebelumnya."

"Ya tau lah,apa sih yang gak gue tau tentang lo awok awok" jawab Efrans santai.

Hingga tiba tiba terdengar suara ketukan pintu dan dokter yang langsung masuk untuk mengecek keadaan Fani.

"Mamah ke mana Fa?" Tanya dokter itu kepadanya.

"Mamah lagi nyusul ayah ke bandara om." Jawab Fani.

Om? Iya dokter ini namanya dokter Salman adik nya ayah Fani.

"Eh nak ini?" Dokter Salman menunjukkan ibu jarinya ke arah Efrans.

Efrans tersenyum dan segera mengulurkan tangannya kepada Salman.

"Om kenal?"

"Dia yang kemaren bawa kamu kesini" ucap Salman. "Makasih ya udah bawa Fani ke sini" sambungnya.

"Iya dok sama sama" jawab Efrans.

'Beneran Efrans yang bawa gue ke sini?yaa Tuhan, jujur ini gue seneng banget' Fani membatin Bahagia dalam hatinya.

Salman langsung pamit keluar ruangan untuk memeriksa pasien lain.

30 menit kurang lebihnya Efrans menemani Fani. Hingga yang di tunggu tunggu pun akhirnya datang juga.

Esti sampai di rumah sakit bersama Handi suaminya alias ayah Fani tepatnya.

Letih dan panik ia gabung jadi satu. Handi memang jarang sekali menghabiskan waktu dengan putri sematawayangnya ini karena terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan.

"Ayah!" Fani langsung memanggil ketika melihat kehadiran sang ayah.

Handi dengan segera memeluk anaknya dan mengusap kepala Fani dengan halus.

Tak lama setelah itu Esti memperkenalkan Efrans kepada Handi. Bahwa Efrans lah yang telah menolong Fani.

"Terimakasih anak muda,sudah menolong Putri om" ujar Handi kepada Efrans.

Y/n:Chapter sekarang beneran absurd,gk jelas,gaje,gg, pkknya maafin aku yang lagi males ngayal hhi. Tq yg udah mau baca^^ jan bosen ya😍

jealousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang