Chapter 3.2

55 6 3
                                    

Ruang klub band lumayan luas dengan fasilitas kedap suara. Apa pun yang lakukan, tidak akan ketahuan karena tidak akan terdengar. Karenanya meskipun tidak terdengar suara, Tamaki mengira anggota klub band sedang berlatih. Namun perkiraannya salah ketika memasuki ruang itu, terlihat tiga laki-laki sedang duduk melingkar di lantai memakan makan siang.

"Ini dia orangnya!" kata Ryota tanpa basa-basi begitu memasuki ruangan.

Ketiga cowok itu seketika menghentikan aktivitas mereka. Menatap Tamaki ingin tahu. Tamaki sedikit tidak nyaman dipandangi begitu. Salah satu cowok menatapnya lekat.

"Hei, bukankah kau anak kelas sebelah?" tanya cowok yang menatapnya lekat. "Siapa namamu... ah, Tachi?"

"Taki." Tamaki meralat, sejujurnya dia terkejut mendengar cowok itu menyebutnya 'Tachi', nama yang biasanya orang berikan untuk anjing peliharaan. "Taki Tamaki."

"Ah iya, Taki." Cowok itu berdiri, "Jadi, bolehkah aku mendengar suaramu? Untuk mengetes."

Uh... baru pertama bertemu sudah langsung disuruh bernyanyi. Tamaki langsung gugup. Berbanding berbalik dengan Ryota yang tidak memahami perasaan Tamaki, bersemangat dan langsung mengambil gitar. Dia duduk di kursi dan melambaikan tangan kepada Tamaki, isyarat untuk mendekat.

"Taki, kau ingin menyanyikan lagu apa?"

Tamaki menatap Ryota kesusahan, "Hmm... entahlah?"

Tamaki sama sekali tidak ada persiapan datang ke klub band. Tiba-tiba diminta bernyanyi membuatnya bingung. Ryota justru tersenyum kepada Tamaki.

"Nyanyikanlah lagu yang kau nyanyikan di atap sekolah waktu itu."

"Eh?"

Ryota sudah menggerakkan jemarinya di atas senar gitar, memainkan sebuah nada. Tamaki mendengarkan dengan baik... dia tahu lagu ini. Tamaki menyanyi ketika intro yang dimainkan Ryota selesai.


"Rasanya kuingin menangis
Aku telah gagal lagi hari ini
Dirimu di saat seperti ini
Hei, apa yang kau pikirkan?

Orang yang kucintai

Di mana kau? Apakah kau mendengarku?
Orang yang kurindukan

Aku ingin menyentuh senyum kenanganmu

Apakah kau ingat?
Kaulah yang memberikan mimpi kepadaku
Kenangan masih tersisa melalui lensa

Orang yang kucintai
Sekarang aku memiliki teman

Akan kuperkenalkan kepadamu
Meski pun kaku tapi dia sangat baik

Saat menjadi dewasa, apakah rasa sepi ini akan terlupakan?
Jika mengatakan hal itu

Apakah kau akan marah?

Orang yang kucintai
Di mana kau? Apakah kau mendengarku?
Orang yang kurindukan
Aku ingin menyentuh senyum kenanganmu


Orang yang kucintai
Aku memiliki seseorang yang berharga
Apakah kau mendengarku?
Meski pun kaku tapi dia sangat baik


Orang yang kucintai
Lihatlah aku"


Semua penonton di dalam ruang itu terdiam, bahkan terlewat beberapa detik mereka tidak berbicara. Cowok yang menamainya 'Tachi' sadar dan langsung mengangguk puas.

"Save."

"Save." Seorang cowok dengan penampilan keren mengangguk.

Satu lagi cowok yang bertampang datar mengangguk.

Semua terpukau oleh suara Tamaki. Rasanya suara itu seperti air yang mengalir lembut di pendengaran, dan sejuknya benar-benar menyentuh hati. Ketiga orang yang barusan mendengar nyanyian Tamaki memberikan pandangan memuji.

"Oke! Kalau begitu sudah ditentukan." Ryota bersemangat. Dia sudah menduga bahwa suara Tamaki pasti akan lulus penilaian anggota band lain.

"Besok kita mulai latihan. Kita latihan hampir setiap hari jika tidak ada halangan. Taki, mohon bantuannya." Cowok yang menamainya 'Tachi' sedikit membungkuk. Tamaki mengangguk kikuk.

"Ah, ayo kita memperkenalkan diri. Aku Matsuda Kentaro." Cowok yang memanggilnya 'Tachi' tersenyum.

"Aku Rokurou Yuu." Gantian cowok keren tadi memperkenalkan diri.

"Aku Takamine Keisuke. Salam kenal." Cowok bermuka datar tersenyum sedikit.

Tamaki tersenyum kepada mereka semua. Sifat akrab mereka berhasil membuat pohon ketidaknyaman hatinya menggugurkan beberapa daun.

"Hei, bolehkah aku memanggilmu 'Tamaki-senpai'? Kau juga boleh memanggil kami dengan nama kecil." Yuu bertanya sambil tersenyum imut.

Tamaki melongo. Memanggil nama kecil di perkenalan pertama? Itu tidak biasa baginya. Namun karena semua anggota band saling memanggil nama kecil, Tamaki mengangguk. "Boleh saja."

Wajah-wajah senang terlihat di ruangan kedap suara itu. Walau Tamaki menjadi vokalis klub band karena dipaksa, tapi saat melihat wajah-wajah senang anggota band, hatinya juga ikut merasakan hal yang sama.

Ryota melingkarkan tangannya di bahu Tamaki dengan akrab. "Nah, mohon bantuannya, Tamaki," cengirnya.

Love is Called Melody [COMPLETE]Where stories live. Discover now