Chapter 5.1

43 4 0
                                    

Bel tanda istirahat berbunyi.

Ryota dan beberapa temannya pergi ke kantin sekolah, bergabung bersama puluhan siswa lain mengantri membeli makanan. Ryota membeli satu roti kare, lalu berpisah dengan teman-temannya. Dia berhenti sebentar di lorong, membeli jus kotak dari mesin penjual minuman otomatis. Tujuannya adalah ruang klub band.

Pintu dibukanya, Kentaro dan Yuu yang sedang makan siang bersama menoleh. Ryota tersenyum ceria dan bergabung dengan teman-temannya.

"Dimana Keisuke?" tanya Ryota.

"Dipanggil sensei di kantor," jawab Yuu tak acuh.

"Apakah dia membuat masalah?" Ryota menyeringai.

"Sebaliknya, justru sensei sedang menawarinya ikut olimpiade musim gugur nanti."

"Hmm, dasar pintar," puji Ryota dengan nada mencela, benar-benar terdengar aneh. "Kalau Tamaki?"

"Tidak tahu." Kentaro yang menjawab, lalu menatap Ryota menyelidik. "Kau tidak bertengkar dengannya, kan?"

"Ha?" Ryota bingung.

"Tadi aku bertemu dengannya saat akan kesini. Dia terlihat sedih dan murung. Saat aku bertanya ada apa, dia tersenyum dan menjawab tidak apa-apa. Aku kehilangan keberanian untuk menanyainya, jadi aku berpisah dengannya, sampai lupa mengajaknya kemari."

Seingat Ryota, dia tidak melakukan apa pun pada Tamaki. Mereka tidak melakukan apa pun belakangan ini, hanya latihan seperti biasanya.

"Aku tidak tahu apa-apa," kata Ryota pelan.

Kentaro mengangkat bahunya. "Mungkin itu hanya perasaanku, lupakan saja."

Percakapan tentang Tamaki berhenti sampai disitu, dan mereka membicarakan hal lain sembari makan siang.

.

.

.

Latihan libur lagi.

Informasinya baru sampai saat pelajaran terakhir melalui chat grup klub band. Ryota dan yang lain memprotes dengan pertanyaan sederhana, "Kenapa?" Kentaro, yang memutuskan untuk meliburkan latihan hari ini menjawab, "Kita sudah latihan 10 hari tanpa henti. Istirahatkan tenaga kalian, dan besok kita latihan habis-habisan lagi."

Ryota sibuk mengumpat di bangkunya, bibirnya bergerak tanpa suara. "Jangan-jangan anak itu mau kencan jadi meliburkan latihan!" tuduh Ryota kesal.

Ryota menghabiskan waktunya memerhatikan pelajaran guru meski hatinya kesal. Saat bel tanda pulang berdering, Ryota juga beberapa murid lain menghela napas lega. Setelah guru keluar kelas, anak-anak mulai membereskan tas dan mengobrol, juga ucapan 'sampai jumpa' terdengar bersahutan. Telinga Ryota tidak terbiasa dengan kebisingan kelas setelah suasana hening beberapa menit lalu, jadi dia buru-buru keluar kelas sambil membalas ucapan 'sampai jumpa' dari teman-temannya.

Ryota berjalan sambil menyeret kakinya sedikit, merasa kesal. Dia tidak punya pekerjaan sekarang, apa yang harus dilakukannya? Ryota sangat ingin berlatih sekarang, apa sebaiknya dia berlatih sendiri saja? Paling tidak dia bisa bernyanyi bebas di ruang klub band yang kedap suara. Ryota tersenyum atas idenya dan berjalan menuju ruang klub band.

Di ujung tikungan koridor handphone Ryota berbunyi. Ryota berhenti berjalan dan mengecek handphone-nya, sebuah pesan Line. Dari Yuu di grup band.

[Hei! Kenapa ruang klub band terkunci? Apakah kuncinya ada di ruang guru?]

Ruang klub band tidak pernah dikunci sebelum semua murid pulang dan tidak ada kegiatan lagi di sekolah. Keadaan ini memang aneh, Ryota mengernyitkan keningnya.

Love is Called Melody [COMPLETE]Where stories live. Discover now