Chapter 9.3

25 4 0
                                    

Jalan yang di laluinya masih sama. Dengan orang-orang tak di kenal memakai pakaian hangat. Tangan Ryota masih bergetar, entah kenapa.

Suasana hatinya begitu buruk, jauh lebih buruk ketika dia di campakan mantan-mantannya. Ini perasaan sedih. Ryota paham dirinya merasa sedih.

Padahal dia tidak berharap cintanya terbalas. Lantas apa yang dia harapkan?

Tidak apa, setelah ini aku akan melupakannya. Itulah tekad Ryota. Dia tidak ingin terus terikat pada satu cinta yang sama, terlebih ini sudah terlalu lama dan sakit. Ryota ingin memulai masa SMA-nya dengan bahagia.

Ryota paham bahwa manusia itu pada dasarnya egois. Namun dia tidak bisa menerima hatinya yang serakah, ingin cintanya terbalas meski pun sudah tahu itu mustahil.

Ryota mendongak menatap langit sore, warnanya sedikit kelabu.

Gawat, air mataku mau jatuh.

.

.

.

Hari-hari biasa masih berlanjut, bahkan setelah pernyataan cinta itu.

Secara keseluruhan tidak ada yang berubah. Ryota tetap pergi ke sekolah, belajar, dan makan bersama teman-teman. Hanya satu hal saja yang berubah, yaitu Akito. Pemuda itu agak menjaga jarak dari Ryota. Walaupun memaksakan diri untuk ikut makan siang bersama teman-teman lain, kentara sekali bahwa Akito menghindari kontak dengan Ryota, meskipun hanya bertatapan.

Ryota tidak bisa menyalahkannya. Dia tahu pasti Akito masih di landa syok. Mungkin dia bingung harus bersikap bagaimana pada lelaki-yang-menyukai-temannya-sendiri. Dia tidak bohong kalau dia merasa sedih, namun apa boleh buat. Ryota pun tidak ingin memperkeruh keadaan, dia hanya diam.

Rasa sedih Ryota agak berkurang di hari ketiga setelah dia menyatakan cinta. Dering bel sekolah yang menandakan waktu istirahat membuat Ryota lega. Hari dia tidak sempat membuat bekal, jadi dia ingin pergi ke kantin.

Saat Ryota berdiri, seorang cowok bermata sipit di sebelah bangkunya bertanya, "Shinomiya, kau tidak membawa bekal?"

Ryota menggeleng. "Aku akan pergi ke kantin."

"Boleh aku ikut?" tanya cowok itu. Ryota mengangguk. Cowok berambut cokelat di depan bangku Ryota mendengar percakapan mereka dan nimbrung, "Aku juga ingin ikut."

"Oke, ayo pergi." Ryota dan kedua cowok temannya pergi bersama ke kantin.

"Oi, Shinomiya, mau kemana?" tanya cowok yang biasa makan siang bersama Ryota.

"Kantin. Hari ini aku tidak membawa bekal." Setelah menjawab Ryota menghilang di balik pintu.

Kantin ramai seperti biasa. Mereka bertiga membeli mie kare lalu mencari kursi untuk duduk.

"Uwah! Makan kare hangat pas musim dingin memang terbaik!" komentar salah seorang dari mereka, Ryota mengangguk setuju.

Mereka mulai makan dan mengobrol seputar pelajaran dan gosip-gosip kecil. Lalu Ryota agak terkejut ketika cowok bermata sipit menanyai Ryota, "Belakangan ini kau jarang main dengan Akito, ya?"

"Eh? Benarkah?" balas Ryota ingin mengelak.

"Iya, biasanya kau dan Yamada selalu bersama saat istirahat," sahut cowok yang satunya, dia duduk di samping Ryota.

"Itu hanya perasaan kalian saja. Aku dan Akito baik-baik saja," sangkal Ryota, entah itu bohong atau tidak.

Cowok bermata sipit berujar, "Aku ini se-SD dengan Akito selama tiga tahun. Aku tahu apa yang harus di lakukan ketika cowok itu sedang ngambek."

Love is Called Melody [COMPLETE]Where stories live. Discover now