Chapter 10.1

27 4 0
                                    

Tamaki tidak bisa fokus dengan pelajarannya. Dia hanya melamun menatap papan tulis yang di coreti oleh sang guru. Dia lebih peduli pada jam istirahat, dan dia sedari tadi menunggu bel berbunyi yang justru membuat waktu terasa berjalan lebih lambat.

Bel istirahat yang di nantikannya pun berdering. Setelah seluruh murid mengucap salam dan guru keluar, Tamaki bergegas memasukan buku-buku ke kolong meja dengan berantakan dan keluar kelas. Tujuannya adalah kelas Ryota.

Masih banyak hal yang perlu di sampaikan Tamaki. Pembicaraan mereka belum selesai. Lagipula, Ryota belum benar-benar menolaknya.

Tamaki berdiri di samping pintu kelas Ryota, melirik kesana kemari namun tidak menemukan orang yang di carinya. Saat dua orang cowok hendak melewatinya, Ryota mencegatnya.

"Hei, apakah Ryota tidak ada di kelas?"

Kedua cowok itu menatapnya, lalu salah seorang menjawab, "Ah, hari ini Shinomiya tidak sekolah."

"Eh? Kenapa?"

"Aku juga tidak tahu." Cowok itu mengangkat bahu, lalu mereka berdua pergi.

Tamaki sedikit khawatir. Apakah Ryota sakit? Padahal kemarin dia terlihat baik-baik saja. Tidak mendapat apa yang dia inginkan, Tamaki kembali ke kelasnya dengan lesu. Ketika kembali ke kelasnya, beberapa teman cowok di kelas memanggilnya.

"Taki, darimana kau?"

"Dari kelas sebelah. Ada apa?"

"Bisa kau antar Uzaki ke ruang kesehatan?"

"Eh? Uzaki, kau sakit?" Tamaki memerhatikan Uzaki yang pandangannya agak tidak fokus.

"Tidak. Sudah kubilang, aku baik-baik saja." Uzaki memelototi teman-temannya.

"Apanya yang baik-baik saja? Jelas-jelas mukamu pucat!" sembur salah seorang cowok kesal karena kekeraskepalaan Uzaki.

"Kalau tidak enak badan tidak sebaiknya memaksakan diri. Ayo kita ke ruang kesehatan." Tamaki menarik tangan Uzaki tanpa memedulikan si pemilik tangan. Di belakangnya Uzaki beberapa kali bergumam, "Aku sungguh baik-baik saja."

Mereka membuka pintu ruang kesehatan, tidak terkunci. "Permisi," ucap Tamaki, namun tidak mendapat balasan. Mungkin guru sedang keluar sebentar. Uzaki langsung duduk di salah satu kasur, dan Tamaki mengambilkan air minum.

"Nih, air." Tamaki menyodorkan gelas.

"Terima kasih." Uzaki meneguk air itu dengan cepat. Tamaki mengambil kembali gelas itu dan menyimpannya di tempat semula, sementara Uzaki mulai membaringkan tubuh.

"Padahal aku baik-baik saja. Hanya kekurangan tidur semalam. Dasar," ujar Uzaki dengan nada jengkel.

Tamaki duduk di kursi samping tempat tidur Uzaki. "Tapi jika kau terus memaksakan diri, mungkin nanti kau akan jadi sakit."

Uzaki menghela napas. "Ya sudahlah. Aku akan istirahat sampai pelajaran bahasa Jepang selesai."

Tamaki mengamati kasur yang di pakai Uzaki, dan teringat mungkin sekarang Ryota juga sedang tiduran di kasurnya. Uzaki menegur, "Sedang memikirkan sesuatu?"

"Hmm, yah, begitulah." Tamaki tersenyum lemah.

"Ada masalah apa?" Uzaki bertanya. Kalau dengan Uzaki, Tamaki tidak bisa menahan diri untuk tidak bercerita.

"Uzaki, apakah kau pernah jatuh cinta?" tanya Tamaki pelan. Tapi karena ruang kesehatan itu sepi, Uzaki bisa mendengarnya dengan jelas.

Mendadak Uzaki jadi bersemangat. "Ada apa ini? Kau sedang jatuh cinta?"

Love is Called Melody [COMPLETE]Where stories live. Discover now