Extra 2

75 7 0
                                    

Sudah hampir setahun sejak Ryota dan Tamaki berpacaran.

Seiring berjalannya waktu, mereka saling memahami diri masing-masing. Ryota mulai merubah sikapnya yang tertutup, dan Tamaki juga merubah sifat pemalunya. Mereka saling berusaha menjadi lebih baik. Sikap mereka yang berlawanan terkadang membuat mereka bertengkar, dan itu tak bisa di hindari dalam sebuah hubungan.

Namun Ryota belajar dari masa lalunya, bahwa cinta bukanlah hal yang buruk. Dia belajar untuk lebih menghargai cinta dan orang yang di cintanya.

Semua kesulitan masa terakhir SMA sudah mereka lalui. Ujian masuk universitas sudah mereka ikuti, dan kelulusan pun mereka hadapi dengan senyuman. Rencananya, Ryota dan Tamaki akan masuk ke universitas yang sama, dan tinggal di apartemen yang sama juga. Secara kebetulan mereka ingin masuk ke universitas yang sama, dan mati-matian belajar untuk mengikuti ujiannya. Meskipun gagal, mereka sepakat akan tetap tinggal satu apartemen, dan kuliah di tempat yang berdekatan.

Ngomong-ngomong tentang kelulusan, Yuu dan Keisuke terlihat sedih karena senpai yang dekat dengan mereka akan meninggalkan mereka. Yuu bahkan tidak malu memeluk anggota klub band satu per satu. Dan seperti yang sudah di ketahui bahwa Ryota itu populer meski orang yang bersangkutan tidak merasa, dia mendapat pernyataan cinta dari dua gadis seangkatan mereka.

Tamaki merasa tidak senang dengan hal itu. Sudah pasti dia merasa cemburu. Tamaki sama sekali tidak mendapatkan pernyataan cinta, karena dia tidak pernah dekat dengan gadis mana pun.

Karena sekarang mereka hanya perlu menunggu hasil pengumuman, Ryota dan Tamaki lebih punya banyak waktu santai. Mereka sering menghabiskan waktu untuk pergi jalan-jalan bersama teman sekelas, anggota klub band, maupun hanya berdua. Terkadang mereka berkumpul di apartemen Ryota dan memasak sesuatu yang baru, karena Tamaki ingin pintar memasak seperti Ryota.

Sore hari yang sedikit dingin ini, mereka menghabiskan waktu di kasur Ryota setelah bercinta. Tubuh telanjang keduanya terbalut selimut. Tamaki tidur menghadap langit-langit, sementara Ryota tidur menyamping sambil memainkan rambut Tamaki. Mereka mengobrol ringan, lalu Ryota mengatakan sesuatu yang sedikit mengejutkan Tamaki.

"Mau pergi ke rumahku lusa nanti?"

Tamaki yang matanya terpejam karena menikmati usapan Ryota di kepalanya, langsung membuka matanya. "Eh?"

"Aku akan pulang ke rumah lusa untuk membicarakan masalah kuliah pada ayahku. Kau selalu ingin mengetahui tempat tinggalku, kan?"

Ryota tidak pernah mengajak Tamaki ke rumahnya meski Tamaki meminta. Bahkan ketika liburan musim panas, Ryota pergi ke rumahnya dan hanya seminggu sekali bertemu Tamaki, itu pun di kota tinggal Tamaki. Tamaki merasa tidak adil karena Ryota pernah ke rumahnya, tapi dia tidak tahu rumah Ryota. Beberapa kali memohon, Ryota selalu enggan.

"Jangan sekarang. Mungkin lain kali." Itulah alasan yang selalu Ryota lontarkan.

"Iya. Aku mau pergi," balas Tamaki.

Maka di hari yang di janjikan, mereka berkereta pagi-pagi ke rumah Ryota. Mereka tidak akan menginap, karena itu Ryota ingin datang awal untuk memuaskan rindu pada keluarganya. Mereka cukup beruntung mendapat tempat duduk pagi ini.

Tamaki agak tegang memikirkan akan bertemu keluarga Ryota hari ini. Dia pernah melihat foto keluarga Ryota dari ponsel pemuda itu, namun bertemu langsung tentu saja sensasinya berbeda. Adik dan ayahnya terlihat mirip, hanya Ryota saja yang agak berbeda. Mungkin Ryota lebih mirip dengan ibunya. Tamaki tidak tahu seperti apa rupa ibu Ryota karena pemuda itu tidak memiliki foto ibunya di ponsel.

Suatu kali Ryota pernah bercerita bahwa butuh waktu setahun lebih hingga dia dan keluarga bisa kembali normal. Ayahnya perlahan memperlakukan Ryota dengan normal, tanpa pernah menyinggung tentang keadaan Ryota. Mirai pun perlahan mulai memahami masalah kakaknya. Awalnya gadis itu terkejut, syok, namun perlahan dia bisa menerima kenyataan bahwa kakaknya berbeda dengan orang lain.

Love is Called Melody [COMPLETE]Where stories live. Discover now