Chapter 4.1

52 7 0
                                    

Ketika Tamaki bernyanyi, seolah-seolah dia mengeluarkan seluruh isi hatinya.

Seolah-olah dia berbicara pada siapa pun yang mendengar suaranya tentang apa yang dia rasakan. Ketika dia bernyanyi, seluruh ekspresi dan gerakannya begitu jujur sesuai perasaannya.

Entah hanya perasaan Ryota, rasanya dia ikut merasakan kebahagiaan ataupun kesedihan yang Tamaki bagikan lewat musik.

Ryota mendesah keras karena wajah Tamaki terus-terusan muncul di pikirannya. Langkahnya menuju atap sekolah serasa lebih berat. Hari ini latihan diliburkan karena Kentaro sedang ada kerja kelompok dan Yuu menjenguk saudaranya yang sakit. Ryota malas pulang cepat karena tidak ada yang bisa dilakukan di rumah. Mau apa dirinya dirumah? Mandi, makan, mencuci piring dan baju, belajar, memainkan handphone sebentar, lalu tidur. Kemarin dia sudah mencuci semua baju kotor, sehingga menyisakan banyak waktu luang di rumah.

Memang Ryota juga tidak bisa melakukan apa-pun di atap sekolah. Tapi setidaknya lebih baik tidur sambil menatap langit biru daripada menatap langit-langit kamarnya yang membosankan. Beberapa langkah lagi mendekati pintu, terdengar sayup-sayup suara nyanyian.

Ah, apakah itu suara Tamaki?

Ryota membuka pintu atap sekolah, seperti biasa sebuah angin kencang menyapa dirinya. Suara Tamaki semakin jelas, lagu yang dinyanyikan adalah lagu yang akan ditampilkan di festival. Ryota tersenyum dan menghampiri Tamaki. Seperti saat mereka berdua bertemu, Tamaki sedang berdiri di dekat pagar pembatas memandang ke pemandangan yang ada dibawahnya.

"Bernyanyi disini lagi?"

Tamaki menoleh pelan, walau sebenanrnya dia cukup terkejut. Ryota mendekatinya dengan ceria. "Kau rajin sekali ya, saat begini pun masih berlatih bernyanyi."

Tamaki menggeleng. "Aku hanya sedang mencoba menghafal liriknya."

Ryota berdiri disamping Tamaki, melihat ke arah pemandangan. Namun dia bosan melihatnya, jadi dia duduk bersandar di tembok. Tamaki menatapnya sejenak lalu ikut duduk.

"Lagu 'Kikoemasu ka' itu..."

"Ya?"

"Apa kau suka anime?"

"Tidak juga. Kenapa?" Tamaki memandang heran.

"Lagu itu jadi soundtrack sebuah anime. '10cm' apa ya judulnya...." Ryota mencoba mengingat sambil melihat ke atas.

"Ah, benar juga. Aku pernah dengar hal itu. Tapi aku tahu lagu itu dari adik laki-lakiku."

"Eh? Begitu, ya." Ryota menatap lucu.

"Kau sendiri, darimana tahu lagu itu?" Tamaki balik bertanya.

Ryota tertawa pelan. "Aku juga tahu lagu itu dari adik perempuanku. Aku bahkan menonton anime-nya bersama adikku." Ryota menyeringai, "Wah, kebetulan begini, kita berjodoh, ya."

Tamaki terkekeh. "Apaan, sih. Hm, kau punya adik perempuan?"

"Ya. Sekarang dia kelas 1 SMP. Dia imut sekali, rambutnya ikal sama seperti milikku." Mata Ryota terlihat seolah mengagumi sesuatu. "Karena aku suka sekali dengan rambutnya, dulu aku senang menata rambutnya dengan macam-macam gaya."

Kenangan itu adalah salah satu kenangan termanis dalam hidupnya. Dia ingat ditemani lagu-lagu kesukaan adiknya, di kamar adiknya Ryota akan menata rambutnya dengan manis sebisanya. Jika rambutnya berhasil ditata dengan cantik, adiknya akan bersorak senang dan Ryota akan menyeringai bangga.

"Gara-gara hal itu, aku bahkan sempat berpikiran ingin membuka salon kecantikan suatu hari nanti. Tapi saat aku mulai mendekati kelulusan SMP, aku tidak ingin lagi."

Love is Called Melody [COMPLETE]Where stories live. Discover now