Chapter 6.2

39 5 0
                                    

Puas menikmati ramen, mereka memutuskan untuk melihat pertunjukan dance oleh klub manga. Sekumpulan gadis berjumlah enam orang memakai baju cosplay yang aneh–ralat, unik, tengah menari dengan gerakan imut. Ryota merasa pernah melihat kostum itu dalam sebuah anime di tivi. Di barisan paling depan cowok-cowok dengan topi dan lightstick menonton mereka. Tunggu, lightstick? Ini bukan konser idol grup, kenapa mereka membawa benda seperti itu di festival budaya begini? Sekali lagi Ryota menatap datar. Mereka pasti otaku.

"Mereka manis, ya," komentar Ryota.

"Ya." Tamaki setuju. Cowok mana yang tidak akan tertarik untuk melihat gadis-gadis menari imut? Bahkan seorang pria tua pun akan menoleh untuk melihat mereka walau sekilas, pikir Tamaki.

Ponsel mereka berbunyi bersamaan. Dan secara bersamaan pula Ryota dan Tamaki mengambil handphone untuk melihat pesan. Dari Yuu di grup band. "Setengah jam lagi kita konser. Cepat berkumpul!"

"Cih, pengganggu," gerutu Ryota. "Ayo pergi."

"Ya," balas Tamaki.

Saat Ryota dan Tamaki datang, baru ada Kentaro disana. Sedang duduk di kursi yang berjejer disana sambil memakan takoyaki, di belakang panggung. Ryota melambai padanya lalu berdiri di depannya, sedangkan Tamaki duduk di sebelahnya. Ada beberapa orang yang duduk juga disana, Ryota tidak menghitung jumlahnya.

"Kalian mau?" Kentaro menawarkan makanannya.

Ryota yang membalas, "Mau."

Kentaro memberi tahu bahwa tinggal satu band lagi yang tampil sebelum mereka. Urutan band yang tampil berdasarkan kelas satu sampai tiga. Angkatan kelas satu yang berpartisipasi hanya satu band, kelas dua ada tiga band, dan kelas tiga juga ada tiga band. Klub band selalu tampil terakhir dari tahun ke tahun.

Yuu dan Keisuke menyusul datang. Kentaro bertanya, "Dari mana kalian?"

"Menonton drama teater," jawab Keisuke.

"Bagaimana?" Ryota menatap ingin tahu. Ryota sebenarnya cukup tertarik menonton pertunjukan drama, tapi rasanya cukup sayang menghabiskan waktumu di dalam ruangan, Ryota lebih senang melihat-lihat makanan dan permainan yang ditawarkan di sekitar sekolah.

Satu band kembali ke belakang panggung, lalu band yang mendapat giliran pun tampil. Kentaro dan Ryota mendekati Yuu dan Keisuke yang berwajah campur aduk–antara puas dan masam.

"Kami sempat menonton dua pertunjukan drama. Pertama kelas 2-A menampilkan kisah persahabatan dari sebuah manga. Dan ini lumayan menyentuh. Aku bahkan berpikir sebaiknya manga ini mereka jadikan film saja," kata Yuu bercerita.

"Setelahnya bagian kelas 1-A, semua pemerannya laki-laki, temanya samurai," sambung Keisuke dengan suara datar. "Dan ceritanya bukannya fokus dengan alur, malah jadi tempat lawakan. Dan aku merasa berada di pesta ulang tahun dan para pemain itu adalah badut konyol. Mereka memainkan dengan asal-asalan."

"Tapi itu jadi lucu." Yuu menaikkan sudut bibirnya. "Aku bahkan tidak bisa berhenti tertawa tadi. Uh, sayang sekali aku tidak bisa melihat pertunjukan drama kelasmu, Kentaro-senpai."

"Tidak masalah. Lagipula kelasku menampilkan drama buatan sendiri yang menurutku tidak jelas. Daripada itu, Ryota, aku mau minta tolong."

"Eh? Apa?" Ryota menoleh.

"Bisa kau lakukan sesuatu padanya?" Kentaro menunjuk ke arah belakang. Ryota, Yuu, dan Keisuke menoleh ke arah yang ditunjuk Kentaro.

"Astaga...."

Mereka terlalu sibuk mengobrol sampai tidak menyadari bahwa Tamaki tidak berdiri dan hanya duduk ditempatnya. Wajahnya tegang namun matanya kosong. Tangannya terkepal di pahanya. Dia seperti tersangka yang tinggal menunggu keputusan hakim untuk dipenggal. Sepertinya anak itu sangat gugup.

Love is Called Melody [COMPLETE]Where stories live. Discover now