Chapter 2

75 10 4
                                    

Tamaki merasa dadanya seolah meledak saat seseorang berteriak di dekatnya.

"Kau!"

Seorang cowok dengan rambut agak panjang dan ikal sehingga terlihat sedikit acak-acakan menatapnya. Apakah cowok ini baru saja berteriak padanya? Melihat tatapan cowok itu tertuju tepat ke bola matanya, jawabannya adalah iya. Kenapa?

Belum sempat Tamaki bertanya-tanya meski dalam hatinya, cowok itu berjalan cepat ke arahnya. Tamaki tidak sempat menghindar. Cowok itu meraup kedua tangannya, meletakkannya di depan dada mereka. Tamaki terkejut dan menatapnya takut.

Wajah cowok itu sangat dekat!

"Siapa namamu?"

"Taki Tamaki!"

"Kelas apa?"

"3-B!"

"Bergabunglah ke klub band!"

"Apa?"

Tiba-tiba ditanyai dengan suara keras, Tamaki refleks menjawab dengan intonasi yang sama. Tak lama kemudian wajah Tamaki berubah bingung. Anak ini memintanya masuk klub band?

"Suaramu tadi bagus sekali! Aku bahkan sampai terhanyut mendengarnya. Klub band sedang mencari seorang vokalis. Aku mohon bergabunglah ke klub band!"

Ini sama seperti ketika menemukan soal ulangan matematika yang berbeda dari yang diajarkan sehari-hari. Tamaki memasang muka blank. Jadi dia hanya membalas, "Ha?"

Ryota mengeratkan genggamannya. "Aku mohon! Aku benar-benar sudah menyerah menawari teman sekelasku dan tidak ada yang mau. Dan kau tiba-tiba disini dengan suara merdumu. Ini pasti takdir!"

Tamaki terus memproses keadaan selama Ryota mengoceh tidak jelas.

"Aku akan melakukan apa saja agar kau mau bergabung! Aku akan mentraktirmu apa saja! Walaupun uangku tidak banyak. Jika kau meminta barbeque mungkin setengah dari tabunganku akan habis. Mungkin aku harus mulai kerja part-time lalu mentraktirmu?–Ah, bukan itu masalahnya! Pokoknya, kau harus bergabung!"

Huh, apa-apaan orang ini?

"Aku tidak terlalu mengerti apa yang kau bicarakan, tapi maaf, aku tidak bisa–"

"–Kenapa tidak bisa? Apakah kau sibuk dengan klub lain?" sela Ryota.

"Uh, tidak."

"Kalau begitu bergabunglah!"

"Maaf tapi aku tidak berminat."

"Kenapa? Bukankah sayang kau menyia-nyiakan bakat suaramu?"

"Meski kau bilang begitu pun..."

Bagaimana caranya menolak anak ini? Tamaki kebingungan. Dia mencoba melepaskan tangannya, Ryota sadar dia sudah terlalu lama menggenggam tangan anak di depannya dan langsung melepaskannya.

"Aku mohon! Bergabunglah!"

"Tapi aku tidak bisa."

"Kau bukan tidak bisa, tapi tidak mau, kan?"

"Itu kau tahu."

"Kau harus mau!"

"Ha? Kenapa?"

"Karena klub band membutuhkanmu!"

Tamaki menghela napas. Bagaimana caranya menjelaskan pada anak ini? Dari ekspresi seriusnya, sepertinya anak ini tidak akan menyerah.

"Aku sudah bilang aku tidak bisa. Tolong minggir, aku mau lewat."

Saat Tamaki baru maju selangkah, Ryota mencekal tangannya. Tamaki menatapnya terkejut, setengah panik.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan tanganku!"

Love is Called Melody [COMPLETE]Where stories live. Discover now