Chapter 5.2

38 5 0
                                    

Kentaro memang ketua yang bisa diandalkan. Latihan berjalan ketat seperti sebelumnya setelah libur sehari.

Tamaki juga terlihat lebih baik setelah latihan, sepertinya berlatih dengan anggota band membuat suasana hatinya menjadi lebih baik. Ini sudah tiga hari berlalu, Tamaki terlihat baik seperti biasanya. Namun entah yang lain sadar atau ini hanya perasaan Ryota, terkadang mata Tamaki mendadak redup.

Dua jam lebih berlatih, akhirnya mereka pulang. Setelah membereskan peralatan, mereka pulang. Kecuali Yuu dan Keisuke, hari ini jadwal mingguan piket ruang klub, giliran kouhai maka mereka membersihkan ruangan.

"Kentaro, main ke game center, yuk!" ajak Ryota.

"Pass, hari ini aku sudah berjanji akan membantu ibuku memasak makan malam," jawab Kentaro, dan tak lama setelahnya handphone-nya berdering. "Ah, panjang umur, ini ibuku. Aku pulang dulu." Kentaro berjalan cepat, lalu mengangkat telepon, samar-samar Ryota bisa mendengar suara Kentaro, "Halo?"

Ryota mendecak kesal. Dia menoleh ke arah Tamaki, menatap polos dan tersenyum.

"Aku mau pulang cepat." Seolah mengerti, Tamaki langsung bicara.

Ryota cemberut.

Mereka sampai di luar gerbang. Sebelum mereka berpisah, Ryota mencekal lengan Tamaki dan itu membuat si empunya tangan kaget.

"Kau ada kegiatan setelah ini?" tanya Ryota.

Tamaki diam sebentar, sedikit bingung lalu menjawab, "Tidak ada."

"Bolehkah aku main ke rumahmu?"

Tamaki memiringkan kepalanya sejenak. "Oke," jawabnya, walau sebenarnya ini terlalu mendadak dan membuat Tamaki bingung.

Jarak antara sekolah dan rumah Tamaki hanya 10 menit berjalan cepat. Dan tanpa terasa mereka sudah sampai tanpa obrolan apa pun selama perjalanan. Ryota sebenarnya hanya ingin membuang waktunya di luar daripada pulang cepat, belakangan ini dia benar-benar tidak nyaman berada di rumah.

Mereka berada di genkan dan melepas sepatu. "Maaf mengganggu!" salam Ryota yang tidak mendapat sambutan. Bahkan Tamaki tidak mengucapkan 'aku pulang' ketika masuk.

"Eh? Tidak ada siapa-siapa?"

"Kedua orangtuaku bekerja sampai larut, mereka biasanya pulang malam." Tamaki memakai sandal rumah yang tersedia, hanya ada satu sandal jadi Ryota hanya menggunakan kaos kaki. "Kamarku ada di lantai dua, belok kiri. Kau masuklah duluan, aku akan mengambil minuman."

Ryota mengangguk, mengikuti instruksi Tamaki. Dengan pelan dia membuka pintu kamar Tamaki dan masuk. Ryota mengedarkan pandangannya, kamar ini cukup rapi. Hanya sedikit berantakan dengan buku-buku pelajaran dan beberapa novel yang tersebar acak di atas kasur. Ryota melangkah ke meja tatami, lalu duduk manis.

"Kau tidak apa-apa dengan jus jeruk?" Tamaki datang membawa nampan berisi dua gelas kaca, jus jeruk dalam kemasan besar, dan sebuah toples kecil. Ryota mengangguk. Tamaki menaruh nampan itu di meja tatami. Membuka toples, ternyata isinya permen susu dan kopi berukuran kecil sekali hisap. Lalu pelan-pelan Tamaki menuangkan jus jeruk ke dalam gelas Ryota dan memberikannya, kemudian mengisi gelasnya sendiri. Mereka minum dengan suasana tenang.

"Apakah kau tidur dikasur?" tanya Ryota tiba-tiba.

"Eh?"

"Kasurmu penuh buku. Dimana kau tidur?"

Tamaki melihat kasurnya yang dipenuhi beberapa buku, lalu tertawa kecil. "Aku punya kebiasaan belajar dan membaca buku di kasur sampai aku tertidur. Saat bangun aku terlalu malas untuk membereskannya jadi kubiarkan saja begitu."

Love is Called Melody [COMPLETE]Where stories live. Discover now