Chapter 6.1

44 5 0
                                    

Hal yang paling tidak bisa Ryota lupakan adalah wajah terpukul ayahnya.

Seketika itu juga hidup Ryota berhenti berdetak.

Saat-saat ketika ayahnya mendiamkannya terasa sesak seolah tercekik.

Tak pernah sekalipun terpikir olehnya akan membuat ayahnya sekecewa ini.

"Ryota, maukah kau berubah?"

Seandainya aku bisa, Otou-san... tapi...

Ryota telah membuat sosok paling di sayanginya sedih.

Otou-san... aku...

"HAH!"

Mata Ryota terbelalak. Refleks dia bangun dari tidurnya dan mengamati sekitar. Setelah mengetahui kondisi, dia kembali berbaring karena kepalanya sakit akibat bangun tiba-tiba tadi.

Mimpi...

Sudah lama dia tidak bermimpi buruk.

Ryota mendesah malas dan melihat handphone yang dia charger di atas meja samping tempat tidur. Setelah memainkannya sebentar, dia bangkit untuk bersiap ke sekolah.

Di jalan sampai ke sekolah, Ryota bergumam menyanyikan lagu yang dinyanyikan bandnya saat festival budaya besok. Ya, besok! Karena itu Ryota merasa bersemangat saat ini.

Dua tiga hari sebelum festival budaya berlangsung, kegiatan belajar di tiadakan. Karena itu Ryota hanya membantu-bantu disana, memasang meja dan kursi serta hiasan. Saat siang setelah istirahat makan Ryota izin kepada teman-teman terutama ketua kelasnya untuk tidak membantu lagi karena ada latihan band. Setelah berdebat sedikit dengan ketua kelas, Ryota berlari kecil ke ruang klub band. Hari ini dia akan berlatih dari siang sampai pulang sekolah, gladi resik.

"Yahoo!" sapa Ryota saat menghampiri anggota yang lain, namun tidak dijawab oleh siapa pun. Ryota mengedarkan pandangan lalu menyadari bahwa Kentaro tidak ada.

"Mana Kentaro?" tanya Ryota.

"Tidak tahu." Yuu menjawab dengan muka cuek.

Ryota memasang muka masam. Kenapa dia memiliki adik kelas sebegini kurang ajarnya? Setidaknya sapalah dia dengan benar. Atau jawablah pertanyaannya dengan baik. Ryota mengambil gitarnya dan mengambil posisi di samping Tamaki yang sudah siap berdiri. Ryota menatap Tamaki yang ternyata sudah menatapnya duluan. Tamaki tersenyum padanya, dan Ryota membalas dengan kikuk. Ryota memainkan gitarnya asal sekadar untuk mengetes, lalu Kentaro datang sambil tersenyum kecil.

"Maaf aku terlambat!"

"Lama!" Yuu berseru kesal.

"Maaf, tadi kelasku sangat sibuk jadi aku ditahan untuk membantu."

"Kelasmu membuat apa?" tanya Tamaki.

"Kelasku tidak membuat stan, tapi menjadi salah satu peserta drama sekolah." Kentaro mengambil gitarnya. Selain membuat stan di kelas sendiri, tiap kelas juga diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam drama sekolah, dimana kelas yang berpartisipasi akan menampilkan sebuah drama.

"Kelas Senpai akan menampilkan apa?" tanya Yuu sedikit bersemangat.

"Rahasia," jawab Kentaro menyebalkan.

Karena Yuu menyukai pementasan drama, dia tidak mempedulikan sikap menyebalkan Kentaro. "Uh, aku jadi ingin nonton!"

"Ayo besok kita nonton bersama," kata Keisuke yang ikutan bersemangat.

"Kalau sempat, ya. Karena jadwal pementasan drama sekolah berbarengan dengan pementasan band sekolah," kata Kentaro.

"Yah...."

Love is Called Melody [COMPLETE]Where stories live. Discover now