Chapter 7.1

36 4 0
                                    

Kisah cinta Ryota berakhir bahkan sebelum dimulai.

Karena Ryota tidak ingin berurusan dengan hal-hal semacam itu.

Mungkin dia bisa mencari pacar sesama jenis saat kuliah atau sudah bekerja. Tapi berpacaran dengan cowok di bawah lindungan gedung sekolah yang mewajibkan kita menggunakan seragam terlalu penuh risiko. Ryota tidak ingin di-bully dan di kucilkan di SMA jika ketahuan bahwa dia gay.

Alasan Ryota mengatakan rahasianya kepada Tamaki karena Ryota tahu Tamaki tidak akan membocorkan hal itu. Ryota percaya Tamaki akan menghargai apa pun Ryota, meskipun Tamaki terkejut pada awalnya. Ryota sendiri terkejut dengan keputusannya untuk memberitahu Tamaki.

Ryota ingin Tamaki menjauhinya, itu tujuan dia mengatakan rahasianya. Tamaki pasti akan menganggapnya orang aneh dan menjauhinya. Dengan begitu Ryota bisa melupakan Tamaki. Apalagi festival budaya sudah berakhir, dia sudah tidak punya urusan dengan Tamaki.

Ryota menghela napas panjang. Suara guru yang menjelaskan pelajaran di depan terdengar seperti dengungan lebah.

Tetap saja, dijauhi dan dibenci oleh orang yang kau suka itu menyakitkan...

Bel istiriahat berdentang. Ryota mendesah kasar dan bangkit. Rasanya dia ingin mencelupkan kepalanya ke air untuk menjernihkan pikirannya.

"Shinomiya, ayo ke kantin bersama!" ajak salah seorang teman sekelasnya.

"Ya," balas Ryota. Dia dan lima laki-laki teman sekelasnya berjalan santai ke kantin sekolah. Ryota ingin beli roti saja, dia sedang tidak nafsu makan. Mereka mengantri dengan anak kelas lain. Ryota mendengar teman sekelasnya mengobrol namun tidak ikut dalam percakapan. Ryota merasa sebentar lagi dia akan menjadi mayat hidup di kelas.

Setelah membeli roti dan keluar dari kantin yang cukup ramai, ponsel Ryota berdering menandakan pesan masuk. Ryota membuka pesan yang ternyata dari Kentaro.

[Datanglah ke ruang klub dan makan siang bersama kami. Ada informasi yang harus disampaikan.]

"Kau benar, makan di kelas tidak akan nyaman karena panas. Ayo kita makan di atap sekolah saja. Shinomiya, kau ikut, kan?"

"Ah, maaf, aku akan makan di ruang klub band." Ryota menjawab sambil mendongak saat dirinya ditanyai.

"Uh, kau tidak seru."

Ryota mempercepat langkahnya ke ruang klub sambil menduga apa yang akan disampaikan Kentaro. Mungkin mereka akan tampil di konser lainnya, band mereka terkadang ikut mendaftar tampil di acara-acara konser di daerah ini. Band mereka ini sebenarnya cukup dikenali orang-orang tidak hanya dari sekolahnya tapi juga dari orang yang datang ke tempat konser, beberapa kali Ryota disapa oleh gadis-gadis yang pernah menonton konser mereka.

Ryota masuk begitu saja ke dalam ruangan. Dia hendak cepat duduk dan makan, namun kehadiran Tamaki di antara anggota klub lain membuat Ryota diam berdiri dan membulatkan matanya. Yang lain sudah menatap heran karena tingkahnya.

"Tamaki? Apa yang kau lakukan disini?" Ryota tidak bisa mengendalikan suaranya.

Tamaki menjawab bingung, "Makan siang?"

"Senpai, kenapa kau bertanya seperti itu pada Tamaki-senpai? Jangan kasar begitu," tegur Yuu.

"Tidak, bukan begitu..." Ryota hanya tidak menyangka akan bertemu Tamaki secepat ini, dan kenapa harus bertemu di ruang klub? Tidak ingin membuat suasana kacau Ryota cepat-cepat duduk di samping Keisuke.

"Senpai lama sekali," komentar Keisuke.

"Maaf, kantin ramai tadi," jawab Ryota sambil memakan roti.

Love is Called Melody [COMPLETE]Where stories live. Discover now