Chapter 8.3

37 5 0
                                    

Ryota mengambil krim tangan di meja samping tempat tidur. Setelah meratakan krim itu ke seluruh jari-jari kanannya, Ryota mencoba memasukan jari telunjuknya.

Tamaki langsung memejamkan mata ketika merasakan sesuatu memasuki lubangnya. Terlihat sekali dia merasa tidak nyaman. Ryota sempat berpikir ingin menghentikan perbuatannya, namun tangan Tamaki mencengkram lengan kirinya erat seolah mengingatkan agar terus melanjutkan.

Mencoba mengurangi rasa sakit Tamaki, Ryota mengurut barang milik Tamaki dengan salah satu tangannya yang kosong. Tubuh Tamaki langsung tersentak.

"Hah... Ahh..." Tamaki mendesah keras.

Sembari mengurut barang Tamaki, Ryota menusuk-nusuk lubang Tamaki dengan jarinya. Merasa Tamaki sedikit lebih baik, Ryota mencoba memasukan satu jari lagi–

"–Ahh! Mmmh...!" Tamaki sedikit terkejut saat Ryota tiba-tiba mencoba memasukan jari lagi. Dengan perlahan Ryota mencoba memasukan jari telunjuk dan jari tengahnya, sampai jarinya masuk seluruhnya.

Rasanya lembut dan sempit. Dan juga aneh–melihat Tamaki mengerang karena perbuatannya, membuatnya makin ingin mempermainkan tubuhnya. Ryota memaju-mundurkan kedua jarinya dalam tubuh Tamaki. Tangan sebelahnya masih mengurut barang Tamaki. Kemudian Ryota melebarkan jari tengah dan jari telunjuknya di dalam lubang Tamaki, dengan posisi jari seperti itu dia menusuk lubang Tamaki agar nanti muat dimasuki oleh barangnya.

Tamaki mendesah tak tekendali di bawahnya. Tubuhnya memerah dan berkeringat. Ini jauh jauh jauh lebih seksi dari semua porno yang pernah dia tonton. Yang ini nyata... dan bisa dia sentuh. Ryota mengamati Tamaki yang mencoba bernapas di tengah desahannya–dia terlihat kepayahan.

Entah sudah berapa menit berlalu, sampai akhirnya Ryota puas memermainkan lubang Tamaki dengan jarinya. Ryota mengeluarkan jarinya dari lubang Ryota, beralih ke barangnya sendiri. Ryota menurunkan celananya agar bisa mengeluarkan barangnya. Begitu tegang dan terlihat agak basah. Ryota menekan barangnya ke lubang Ryota. Ketika Tamaki merasakan sesuatu yang keras menekan lubangnya, dia tersentak.

"Aku akan memasukannya," ujar Ryota pelan.

Ryota menghela napas sebentar–jujur saja, dia ragu akan melakukan hal ini. Sebentar lagi, dia akan melakukan seks dengan teman baiknya sendiri. Namun dia juga tidak mampu menahan hasratnya. Barangnya sudah berdenyut menyakitkan, dan dia menginginkan lubang Tamaki untuk melampiaskan nafsunya.

Dengan hati-hati namun pasti, Ryota memasukan barangnya ke lubang Tamaki. Tamaki langsung mendesah keras sampai Ryota khawatir tetangga kamar sebelah bisa mendengarnya.

"Ahh...!" Tamaki menggigit bibirnya karena tak mampu menahan desahannya. Lubang Tamaki sangat sempit untuk bisa dimasuki oleh barang Ryota yang besar. Ryota mendorong pelan-pelan, namun barangnya sedikit sakit karena dipaksa masuk ke lubang yang sempit. Ryota mengamati barangnya yang sudah masuk setengahnya.

"Jangan gigit bibirmu." Ryota mengusap bibir Tamaki agar cowok itu berhenti menggigitnya. Tamaki pastilah bingung bagaimana mengatasi rasa sakit di lubangnya. Ryota membungkuk dan mengecup pipi Tamaki. "Santai. Bernapaslah pelan-pelan, dan aku juga akan memasukannya pelan-pelan."

Ryota menatap Tamaki, dan cowok yang ditatapnya menoleh. Ryota melihat mata hitam itu berkaca-kaca. Pipinya juga memerah. Tamaki terlihat sangat seksi. Ryota pernah membayangkan Tamaki dalam keadaan manis begini, namun yang terpampang dihadapannya berkali-kali lipat lebih manis dari harapannya.

Setelah Tamaki tenang, Ryota memasukan barangnya lagi. Kali ini dia menambah tenaganya untuk memasukan barangnya. Tamaki mencoba menahan erangan sakit sebisanya. Setelah barangnya masuk seluruhnya, Ryota mendesah lega.

Love is Called Melody [COMPLETE]Where stories live. Discover now