E M P A T P U L U H D U A

9.7K 603 21
                                    

Dita memeluk Dewa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dita memeluk Dewa. Sayang, alih-alih menguatkan, mereka malah berakhir dengan menangis bersama.

"Kamu jangan ngomong kayak gitu, Wa!" seru Dita di dalam pelukannya. "Meski aku lupa sama kejadian itu, aku enggak pernah lupa kalo yang aku suka itu kamu, bukan Nakula. Aku enggak kenal Nakula. Yang aku kenal itu kamu, Wa. Sadewa yang galak dan cuek tapi ngebiarin jari kelingkingnya aku genggam."

"Kamu salah, Dit." Dewa mengurai pelukan Dita. "Ak-"

"Dita enggak salah, Dewa." Tiba-tiba, Rama datang dan menginterupsi kalimat Dewa. "Dita ketemu sama kamu duluan, bukan Nakula. Kamu enggak tau kan, alasan kenapa Dita lari keluar dari rumahnya di hari itu? Kamu tanya bi Darti. Dia yang denger waktu Dita dan Nakula berantem."

"Kenapa?" Ada jeda panjang sebelum Dewa bertanya pada Rama yang hari itu datang ke makam Nakula tanpa membuat janji dengannya.

"Di acara penggalangan dana itu, itu pertama kalinya Dita ketemu keluarga kita, Wa. Dita selalu ngekorin kamu sampe akhirnya dia ke rumah dan ketemu sama Nakula. Tapi, sifat Nakula dan kamu jelas beda. Dita enggak mau main dan ketemu sama Nakula lagi karena dia ngerasa aneh. Makanya, dia marah waktu yang dateng ke ulang tahunnya bukan kamu, tapi Nakula ....

Flashback On.

Darti yang sedang menyiapkan panggangan daging karena perintah Prabu, pergi ke gudang. Di tengah perjalanannya kembali dari gudang, ia mendengar suara keributan anak-anak di halaman belakang. Darti mengedarkan pandangannya. Terlihat Kemala yang menjadi tamu mereka sedang menerima telepon dan masuk ke dalam rumah.

"Aku maunya Sadewa! Kakek bilang Sadewa dateng. Tapi, kenapa mereka panggil kamu Nakula? Kenapa kamu enggak marah-marah kayak waktu itu? Kenapa alis kamu enggak mengkerut dan natap aku kayak gini?" Dita mempraktekan tatapan tajam a la Dewa.

"Maaf, aku emang bukan Sadewa. Aku Nakula. Dewa ada-"

"Kamu siapa?" Dita memotong kalimat Nakula.

"Aku Nakula. Aku abangnya Sadewa. Sadewa ada di sini. Tapi, dia enggak mau masuk," jawab Nakula.

"Sadewa dimana? Aku mau Sadewa."

"Jangan. Kamu jangan deket-deket, Sadewa. Nanti dia marah. Aku takut dia dimarahin bunda kalo ketauan marah-marah lagi." Nakula menghalangi langkah Dita yang ingin mencari keberadaan Dewa.

"Awas!" Dita mendorong Nakula hingga Nakula terjatuh.

"Non, enggak boleh begitu." Darti muncul memperingati Dita.

"Aku mau Sadewa, Bibi!" Dita bersedekap dengan wajah yang tertekuk.

"Aduh, Non. Kan kasian temennya. Main sama yang ada aja, ya?" Darti kembali menegakkan tubuhnya. "Jangan berantem-berantem lagi. Bibi lagi disuruh sama kakek, nih. Nanti kita makan daging kesukaannya Non." Darti pun berlalu setelah mengira Dita mengerti maksudnya.

FIANCÈES | COMPLETED✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang