E M P A T P U L U H

11.8K 633 20
                                    

Dita menekan-nekan bel apartemen Karen dengan Dewa yang setia menunggu di sampingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dita menekan-nekan bel apartemen Karen dengan Dewa yang setia menunggu di sampingnya. Tadi, selepas kejadian itu, mereka tak langsung pergi. Dewa meminta untuk menunggu polisi yang Dita hubungi. Setelah beberapa orang polisi datang, Dewa dan Dita ikut ke kantor polisi untik memberikan keterangan.

Dita mulai resah di tempatnya. Karen pasti sangat marah karena semalam sudah ia bohongi. Tetapi, ada yang lebih penting dari kemarahan Karen sekarang.

"Ngapa-"

"Karen, please, kalo mau marah tunggu sebentar dulu. Dewa abis digebukin orang. Ceritanya panjang. Tolong biarin kita masuk dulu, ya?" Dita memotong ucapan Karen.

Karen menghela napasnya sebal sebelum menggeser tubuhnya, membiarkan Dita lewat sambil menarik Dewa yang tersenyum tidak enak untuk masuk ke dalam apartemennya.

"Dewa, kamu duduk dulu di sini. Kita belum bersihin wajah kamu." Dita menyuruh Dewa duduk di atas sofa milik Karen.

"Dit, en-"

"Tunggu di sini, Sadewa! Wajah kamu bisa bengkak besok. Aku enggak bisa biarin itu. Aku enggak mau hutang budi sama kamu." Senyum yang semulanya terpatri di wajah Dewa, perlahan luntur.

Dewa akhirnya membiarkan Dita melakukan apa pun yang ia inginkan. Pun dengan Karen yang masih berdiri dengan setia di balik pintu apartemennya setelah ia tutup.

Dita kembali menghampiri Dewa dengan sebaskom air dingin dan es batu. Tak lupa handuk kecil yang tadi ia ambil dari kamar Karen.

"Kenapa kamu biarin mereka nyentuh wajah kamu sih, Wa?" tanya Dita geram mengingat kejadian tadi. "Bisa-bisanya kamu biarin wajah kamu bonyok kayak gini."

"Enggak apa-apa. Yang penting kamu enggak kenapa-kenapa, Dit." Senyum Dewa berubah menjadi ringisan setelah Dita menekan sudut bibirnya yang terluka. "Sakit, Dit." Dewa mengeluh sakit.

"Kata kamu enggak apa-apa, yang penting aku enggak kenapa-kenapa. Kok sekarang malah ngeluh sakit?!" Dita mendengus sebal. "Aku minta, mulai sekarang kamu enggak perlu terlibat lagi sama urusan aku. Aku bisa jaga diri aku sendiri."

"Jaga diri sendiri itu maksudnya apa? Dengan biarin orang-orang itu mendekati kamu? Begitu? Kamu bahkan ceroboh dan hampir buka pintu taksi tadi. Kalo orang-orang itu bawa kamu gimana, Dit? Gimana?!" Suara Dewa mulai meninggi. Ia tak marah pada Dita. Ia hanya terlalu berusaha untuk membuat Dita mengerti dengan situasi yang terjadi sekarang.

"Aku bisa jaga diri aku sendiri, Sadewa! Pokoknya aku minta kamu jangan terlibat lagi sama urusan aku!" Dita masih bersikeras dengan pikirannya.

FIANCÈES | COMPLETED✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang