E M P A T P U L U H D E L A P A N

21.9K 806 60
                                    

Dewa melepas genggaman tangan Dita dari tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dewa melepas genggaman tangan Dita dari tangannya. Dita menggeleng, menolak tatapan mata Dewa yang sarat akan kekecewaan terhadapnya.

"Wa, aku-"

Belum sempat Dita melanjutkan kalimatnya, Dewa yang berhasil menarik tubuhnya, membawanya masuk ke dalam dekapan hangat.

"Dit, jangan lanjutin lagi. Aku pengen kayak gini. Sebentaaaarrr aja," ujar Dewa sambil mengeratkan pelukannya. Ada sedikit tawa terselip di dalam kalimatnya.

Dalam kebingungannya, Dita hanya bisa mengangguk pelan sebelum membalas pelukan Dewa.

Apa yang sebenarnya terjadi?

"Ekhm." Rama berdehem, menyadarkan Dewa dan Dita jika tak hanya mereka berdua yang ada di sana. Sungguh malang nasibnya, selalu menjadi obat nyamuk saat putranya sedang bersama denga pujaan hatinya.

Dewa mengurai pelukan mereka lalu menatap tajam ke arah Rama. "Ayah ganggu aja!" keluhnya.

"Dewa." Dita mengambil tangan Dewa lagi. Ia menuntut penjelasan atas tingkah laku pria itu barusan.

"Dit." Dewa tersenyum, menatap lembut ke arah Dita sambil membenarkan anak rambut Dita yang sedikit berantakan. "Aku emang sempet kecewa karena kamu ternyata bikin perjanjian sama ayah. Tapi, gimana aku bisa marah, Dit? Setiap kali aku mau marah sama kamu, aku selalu mikir gimana sabarnya kamu ke aku dulu. Aku bahkan udah nerima lebih dari yang pernah aku kasih ke kamu. Ini bukan apa-apa."

"Kamu ... beneran enggak marah?" tanya Dita hati-hati, ingin memastikan.

"Kamu mau aku marah?" Dewa tersenyum lagi, sedikit meledek Dita.

Dita menggeleng dengan cepat lalu kembali bertanya, "Yang tadi?"

"Kamu masih enggak percaya? Mau aku ulangin lagi kata-kata aku?" Tak mendapatkan jawaban dari Dita, Dewa pul melanjutkan kalimatnya. "Awalnya aku emang kecewa. Tapi, aku berubah pikiran setelah denger alasan kamu tadi." Dewa mengulang kalimatnya dengan serius.

"Tapi ... tadi kamu mau pergi, kan?"

"Aku mau pergi ke toko perhiasan. Aku mau lamar kamu, Dit." Ucapan Dewa membuat Dita menghadiahinya dengan sebuah pukulan.

"Aku serius, Dewa!" Dita terdengar sebal. Jawaban Dewa bukanlah kalimat yang ingin ia dengar sekarang.

"Aku dua rius," jawab Dewa.

"Jadi, kamu tadi cuma ngerjain aku, gitu?! Kamu enggak marah beneran?!" Enggak kecewa beneran?!" Dita bertanya sambil memukuli Dewa pelan. Ia salah tingkah setelah sadar dengan keisengan Dewa yang hampir saja membuat jantungnya terlepas dari tubuhnya.

FIANCÈES | COMPLETED✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang