E M P A T P U L U H T I G A

9.7K 557 12
                                    

Hari silih berganti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari silih berganti. Seperti apa yang Dita katakan, wanita itu mulai sibuk kembali dengan segudang jadwal pemotretannya yang sempat tertunda.


"Jadi, hari ini pemotretannya bakalan cepet?" tanya Dita pada Karen yang berada di sampingnya.

Oh, iya! Bicara tentang Prabu, pria yang sudah cukup berumur itu sudah pulang ke rumahnya kemarin. Dan karena Dewa yang berhasil membujuknya ketika menjemputnya pulang, Prabu pun memaafkan kesalahan Dita.

"Iya." Karen menjawab singkat sebelum membuka kembali suaranya. "Lagian, gue tuh masih enggak percaya, ya, Dit. Bisa-bisanya lo ngosongin jadwal buat si Panu! Gue tuh udah curiga sejak awal sama dia!"

"Masa? Bukannya Karen pernah banding-bandingin Vano sama Dewa?" Dita tertawa kecil.

"Sejak awal tuh, maksudnya sejak dia dirawat. Lo juga kebiasaan banget. Mau-maunya dimanfaatin sama cowok!" Karen bersedekap.

"Tapi, sekarang udah enggak, kan? Dita udah berubah, Karen. Dita enggak akan semudah dulu percaya sama mahluk berkelamin laki-laki." Dita berujar dengan bangga. Ia bangga pada dirinya sendiri meski masih melakukan kesalahan kemarin. Setidaknya, ia punya alasan dan pendirian yang disebut dengan harga diri.

"Bagus, bagus. Sekarang lebih baik lo cepetan jalannya biar hari ini cepet selesai. Soalnya, nyokap gue beneran dateng hari ini," jelas Karen.

"Serius?" Dita terdengar senang. Sebab, Karen memang ingin sekali bertemu dengan ibunya. Sayang, jadwal Dita kembali padat sehingga Karen tidak memiliki kesempatan untuk pulang. "Dita boleh ikut?"

"Jangan ngaco. Kan, nanti mau makan siang sama Dewa." Karen menaik-turunkan alisnya menggoda Dita.

"Apa sih, Karen!" Dita berjalan mendahului Karen. Sejak malam di apartemen Karen, Dita habis digoda oleh Karen karena kepanikannya waktu itu. Dan seperti sekarang, Dita yang malu tiap kali mengingatnya akan  kabur dari Karen yang menertawakannya.

*****

Pintu ruang kerja Dewa diketuk. Tak lama kemudian, Tamara masuk bersama dengan seorang pria yang mengekor di belakangnya. Tentunya, setelah mendapatkan izin dari Dewa untuk masuk.

"Pagi, Pak," sapa Tamara lalu diikuti oleh pria yang mengikutinya masuk itu.

"Iya, Pagi." Dewa yang sedari tadi sudah mengalihkan pandangannya dari layar komputernya pun menjawab. "Ada apa?"

"Ini, Pak. Saya ingin mengenalkan Galang. Galang ini asisten yang Bapak minta kemarin. Saya dan pihak HRD sudah melakukan wawancara sesuai dengan perintah Bapak. Hari ini, Galang resmi masuk ke perusahaan kita, Pak," jelas Tamara.

FIANCÈES | COMPLETED✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang