T I G A P U L U H L I M A

11.1K 548 17
                                    

Suasana sepi menyambut Dita saat ia menjajakan kakinya masuk ke sebuah klab

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana sepi menyambut Dita saat ia menjajakan kakinya masuk ke sebuah klab. Hal apa yang bisa ditemukan di klab sore-sore begini? Waktu yang bisa dibilang lumayan jauh dari jam operasional klab.

Namun, tujuan Dita datang ke sini bukan untuk bersenang-senang. Dia tahu, dirinya pasti sangat bodoh dengan datang ke sini sendirian untuk membantu seorang Vano. Ayo, lah. Apa yang bisa seorang wanita lakukan ketika seorang pria tengah diculik?

Berniat untuk mundur dan memutar langkahnya kembali, suara Vano terdengar memanggilnya.

"Dita!" seru Vano dari sebuah meja yang dikelilingi oleh sofa melingkar, tentunya meja itu terisi sekarang. Mungkin satu-satunya meja yang terisi di jam itu.

Apa boleh buat? Batin Dita. Sungguh terlambat jika ia ingin memutar haluannya sekarang. Toh, dia memang membutuhkan alasan untuk pelariannya malam ini.

Dengan langkah gusar karena dipenuhi keraguannya, Dita berjalan mendekati meja yang diisi oleh beberapa pria bertubuh besar selain Vano.

"Vano ...." Dita tidak tahu harus berkata apa. Bagaimana caranya untuk menyelamatkan Vano pun, ia tak tahu.

"Jadi ini?" tanya salah seorang pria bertubuh besar dengan tato laba-laba di lengannya. Ia tersenyum sinis ketika menatap Dita setelah Vano menganggukan kepalanya memberikan jawaban.

"Denger, ya." Pria itu menggantung kalimatnya sambil memainkan jemarinya di atas tutup botol minuman keras. "Lo dateng buat bebasin dia, kan?" Dita mengangguk ragu. "Buka baju lo!"

Dita menggeleng keras. Dia tahu, hal gila pasti akan terjadi ketika ia menghampiri meja itu. Hanya saja, sebuah kegilaan yang keluar dari mulut pria itu tidak ada di kepalanya tadi. Sebuah kemungkinan yang tidak terpikirkan sama sekali olehnya.

"Saya enggak mau!" Dita menjawab dengan tegas meski kakinya lemas bukan main saat semua pria bertubuh besar di meja itu menoleh ke arahnya dan menatap garang.

"Kenapa? Lo model, kan? Bukannya model udah biasa jualan badan?" Pria itu tertawa mengejek.

"Saya datang buat diskusi. Kita omongin ini baik-baik." Suara Dita terdengar bagai cicitan di telinga pria-pria itu.

"Lo pikir kita lagi kerja kelompok?" Pria itu tertawa kencang, sampai-sampai hanya suaranya yang terdengar di sana. "Gue punya pilihan lain-"

"Uang. Kalian mau uang, kan?" tanya Dita memotong kalimat pria itu. Entah keberanian itu datang dari mana, Dita tak tahu. Yang jelas, keberanian itu datang di waktu yang tidak tepat.

FIANCÈES | COMPLETED✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang