T I G A P U L U H E N A M

10.2K 580 28
                                    

Panggil Dewa gila karena kini ia tengah melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh tanpa perhitungan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Panggil Dewa gila karena kini ia tengah melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh tanpa perhitungan. Hanya karena namanya Dewa, bukan berarti dewa kematian tidak akan menghampirinya, kan?

Tiiinn.

Suara klakson terdengar nyaring saat Dewa membelokan mobilnya masuk tanpa aba-aba ke pelataran parkir sebuah klab.

Melihat video yang tadi membuat jantung Prabu hampir berhenti, Dewa sudah tahu pasti dimana letak klab itu. Belum lama ini, Dewa pergi ke klab itu karena sebuah undangan dari temannya. Tidak lama memang ia menghabiskan waktu di sana. Tapi, waktu yang cukup untuk mengingat bagaimana isi klab itu.

Dewa membanting pintu mobilnya dengan kasar. Ia bahkan tak peduli, apa mobilnya sudah ia kunci atau belum. Toh, itu juga bukan mobilnya, melainkan mobil ayahnya. Jika ternyata hilang, mungkin Rama akan memarahinya besok. Tapi, biarlah esok menjadi esok. Yang terpenting untuk Dewa sekarang adalah ia harus menemukan Dita dan membawa wanitanya itu pulang.

Ditelusurinya semua table yang ada di dalam klab. Mengganggu tamu yang datang, sudah jelas. Tapi, ia sedang terburu-buru. Wanita yang mabuk dan hampir tak sadarkan diri bisa menjadi korban bejat laki-laki. Ini adalah klab, tidak ada larangan untuk melakukan apa pun selama tidak ada penolakan dari orang yang bersangkutan. Lantas, bagaimana Dita bisa menolak jika beberapa waktu yang lalu wanitanya itu sudah terlihat mabuk berat?

Wanitanya? Dewa tertawa pedih. Apa dia masih bisa memanggil Dita wanitanya setelah wanita itu mengatakan jika tidak ingin bertunangan dengannya?

Dewa yang melihat ke langit-langit klab kala tengah frustasi karena tak menemukan Dita, akhirnya mengingat jika ada ruang yang lebih privat di lantai dua. Dengan napas tersengalnya itu, Dewa buru-buru menaiki anak tangga dan sampai di lantai dua.

Beberapa orang bertubuh besar menatap kehadiran Dewa yang fotonya sudah ditunjukkan oleh Vano beberapa waktu yang lalu, sebelum Vano menghubungi Dita.

"Kalo orang ini dateng, kalian jangan langsung kasih dia deketin Dita. Kasih dia pelajaran dulu. Minimal, satu rusuknya patah." Ucapan Vano terngiang-ngiang di kepala Franky, pria yang menjadi pemimpin preman bayaran itu.

"Liat siapa yang datang," ujar Franky bertepuk tangan saat Dewa menatap garang ke arahnya.

"Siapa yang nyuruh lo?!" tanya Dewa dengan suara menantang. Tak mendapatkan jawaban dari Franky, Dewa kembali berseru, "Gue tanya sekali lagi. Siapa yang nyuruh lo?!"

"Lo enggak punya hak buat bertanya." Franky memasang seringaiannya sebelum ia melayangkan tinjunya pada Dewa.

Dewa tentu berhasil menghindar. Namun, keberhasilan Dewa tidak bertahan lama saat anak buah Franky mulai ikut turun tangan dan memegangi tubuh Dewa.

Bughhh.

Sebuah pukulan melayang dengan kencang ke perut Dewa. Tidak ada basa-basi, apa lagi salam pembuka. Tak ayal, Dewa merasa kesakitan yang luar biasa. Jika tubuhnya dalam kondisi prima, Dewa mungkin tidak akan merasa sesakit itu.

FIANCÈES | COMPLETED✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang