L I M A

16.4K 863 60
                                    

PS : Jangan lupa putar medianya, ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PS : Jangan lupa putar medianya, ya!

*****

Dita berjalan kembali ke ruangan Dewa. Kehadirannya di dekat ruang kerja Dewa membuat sekertaris Dewa bertanya-tanya, apa yang membuat Dita kembali dengan wajah cerahnya. Padahal, belum lama wanita itu keluar dari dalam ruangan Dewa sambil menangis.

"Apa Bu Dita orangnya emang moody-an, ya?" batin sekertaris Dewa saat Dita membuka pintu ruang kerja dengan dengan senyum lebarnya.

"Dewa." Dita memanggil Dewa sambil tersenyum.

"Ngapain lo kesini lagi?!" tanya Dewa dengan nada ketusnya. Tentu Dewa bingung mengapa Dita bisa kembali ke ruangannya sambil tersenyum.

"Aku ...." Dita menggantung kalimatnya. Ia sudah mengatakan pada Clarissa jika ia takkan memberitahu Dewa apa yang Clarissa katakan padanya tadi. Dita juga tak ingin membuat Dewa kecewa jika kejutan untuknya gagal. "Aku minta maaf tentang yang tadi. Aku juga mau minta anterin sama kamu ke toko bunga. Kamu bisa?"

Dewa tertawa lalu bangkit dari kursi kebesarannya dan berjalan menghampiri Dita. "Lo pikir gue supir lo?!"

Saat Dita masih dalam kebingungannya, dengan kasar Dewa menyeret dan mendorong Dita hingga Dita terjatuh ke sofa yang ada di dalam ruangannya. Belum sempat Dita bangkit dan mencerna keadaan, Dewa sudah menindihnya. Dewa mengurung Dita dengan kedua tangannya. Jangan kan untuk bergerak, untuk bernapas saja Dita tidak berani.

Dewa memajukan kepalanya, mengikis jarak antara dirinya dengan Dita yang berada tepat di bawahnya. Dita tidak menutup matanya meski ia juga gugup karena berpikir jika Dewa akan menciumnya seperti Dewa mencium Clarissa di hadapannya tadi. Dita penasaran, bagaimana wajah Dewa ketika pria itu menciumnya.

"Aku mau liat ekspresi Dewa. Apa kal-"

Belum sempat Dita melanjutkan ucapan gadis batinnya, Dewa berbicara. "Heh." Dewa menyeringai sebelum memundurkan kepalanya. "Jangan mimpi di siang bolong, dong!"

"Mi-mimpi?" Sinar di mata Dita meredup saat ia mengulang kata yang Dewa ucapkan.

"Lo pikir, siapa yang mau nyium lo?!" Dewa meninju ruang kosong yang berada tepat di samping wajah Dita. "Mata lo keliatan banget ngarepnya sama gue kalo lo mau tau."

Dita yang merasa malu karena Dewa menangkap basah keinginannya, dibuat semakin terkejut dengan aksi Dewa meninju dudukan sofa. Bodohnya, Dita baru menyadari jika atmosfer diantara mereka berdua mendadak berubah menjadi tegang.

"Gue bingung." Dewa mengernyitkan alis tebalnya sambil menggeleng pelan sebelum bangkit dari posisinya menindih Dita. "Sebenernya, apa sih yang lo liat dari gue? Apa yang buat lo ngejar-ngejar gue kayak gini? Gue masih enggak ngerti!"

Mendengar hinaan Dewa, Dita pun mendudukan tubuhnya. Air mata yang belum lama mengering itu kembali muncul di pelupuk mata Dita. Pandangan Dita menjadi buram karena air mata membiaskan pandangannya.

FIANCÈES | COMPLETED✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang