T I G A P U L U H

12.5K 609 17
                                    

Karen hari itu sebenarnya tidak ingin pergi kemana-mana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karen hari itu sebenarnya tidak ingin pergi kemana-mana. Namun, karena rasa bosan yang melandanya, akhirnya Karen memutuskan untuk pergi ke café yang tak terlalu jauh dari rumahnya.

Di tengah kegiatannya menyesap secangkir kopi panas, Karen terkejut dengan kehadiran Rama di sana. Karen sangat tahu siapa itu Rama, satu-satunya orang yang baik pada Dita di dalam keluarga Dirgantara. Tetapi, yang membuat Karen lebih terkejut lagi adalah kehadiran Dita yang tak lama berselang dari kehadiran Rama di café itu.

Merasa tertarik dengan apa yang terjadi di meja Dita dan Rama, Karen cepat-cepat berpindah duduk ke dekat meja mereka dan menguping pembicaraan antara Dita dan Rama. Karen tahu ia tidak sopan, tetapi apa yang bisa ia lakukan jika rasa penasaran lebih tinggi dari norma yang berlaku?

"Mana bisa Dita nolak permintaan Ayah kalo Ayah sampe mohon-mohon begitu cuma buat Dewa? Lagi pula, Dewa juga cuma pura-pura nurut aja. Dita enggak pernah bilang setuju sama acaranya. Waktu itu, Dita nelepon Ayah karena mau batalin perjanjian kita. Dewa malah rebut handphone Dita dan ngomong yang enggak-enggak." Karen mengernyitkan alisnya Ketika mendengar ucapan Dita.

"Kalo kamu bisa buktiin Dewa se-mengecewakan itu dengan berpura-pura baik ke kamu, silakan kamu batalin perjanjian kita dan acaranya." Melihat Rama bangkit dari kursinya, Karen cepat-cepat menutupi wajahnya dengan buku menu.

Selepas kepergian Rama, Karen langsung mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Dita yang kini menenggelamkan wajahnya di dalam lipatan tangannya.

"Kamu dimana, Dit?" tanya Karen dengan suara yang ia buat mirip seperti Dewa.

"Kenapa emang? Aku hari ini lagi enggak di rumah." Dita masih menjawab dengan malas hingga Karen kembali berujar.

"Gue tau. Nih, gue di meja sebelah," ujar Karen diiringi tawa kecil sebelum memutuskan panggilannya ketika Dita menoleh ke arahnya.

"Karen?" Dita benar-benar terkejut saat Karen bangkit dari duduknya, membawa cangkir berisi kopi panasnya, lalu berpindah duduk ke kursi kosong yang tadi di duduki oleh Rama.

"Kenapa muka lo bete gitu?" tanya Karen tepat saat bokongnya mendarat ke atas kursi.

"Karen denger semuanya?" tanya Dita memastikan.

"Enggak semuanya. Cuma om Rama mohon-mohon buat Dewa dan lo harus buktiin aja kalo Dewa cuma pura-pura. Ada apa lagi, sih, emang?" Karen terlihat penasaran.

"Besok aku tunangan sama Dewa." Dita menjawab dengan enggan.

"Bukannya emang udah balikan ya, lo berdua?" Karen bertanya karena itu yang ia tahu.

Dita menganggukan kepalanya sebelum menjawab, "Dewa pengen resmiin." Dita yang kembali melemas karena mengingat hal itu pun menyandarkan bahunya ke sandaran kursi yang ia duduki.

"Terus kenapa? Ini revenge, kali." Karen mengedikkan bahunya acuh. "Kenapa lo kayak enggak mau gitu? Kan lo emang tergila-gila sama dia. Dia udah ada ditangan lo nih ibaratnya, sekarang. Dari yang gue tau, dia juga kayak takut gitu kan kalo lo putusin? Lo kan bisa suruh dia ini itu, dia enggak bakalan nolak. Apa lo mau gue kasih ide? Ajak dia makan, pesen makanan yang banyak, pas makanannya dianterin, lo pulang, deh. Tinggalin dia. Keren kan ide gue?"

FIANCÈES | COMPLETED✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang