S E M B I L A N B E L A S

12.5K 733 27
                                    

"Hei, aku di sini!" Dita mengangkat tangannya, memberi tanda pada Dewa jika dirinya berada di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hei, aku di sini!" Dita mengangkat tangannya, memberi tanda pada Dewa jika dirinya berada di sana.

"Hei." Dewa yang tiba-tiba saja muncul, berjalan mendekat ke arah Dita yang berada di tengah-tengah teman reuninya. Tak ayal, kedatangan Dewa benar-benar berhasil membungkam Astrid yang sempat berpikir untuk kembali menyerang Dita.

Astrid dibuat semakin terpaku saat Dewa membalas pelukan singkat Dita. Tetapi, ternyata tak hanya Astrid yang dibuat terpaku. Teman-teman reuni Dita juga ikut terpaku. Sebab, berita putusnya hubungan pertunangan antara Dita dan Dewa sudah tersebar ke mana-mana. Sikap Dewa yang kerap kali mengabaikan Dita juga sudah menjadi rahasia umum.

Keterpakuan orang-orang itu membuat indra penglihatan mereka tidak menyadari jika Dewa terkejut saat Dita tiba-tiba saja memeluknya. Mereka juga tidak menyadari saat Dita berbisik pada Dewa di dalam pelukannya.

"Peluk aku, Sadewa." Suara Dita terdengar lembut namun mengancam di telinga Dewa. Mau tidak mau, Dewa mendengarkan permintaan Dita.

Dewa menghela napasnya kasar sebelum mengikuti perintah Dita. Dewa memeluk Dita sambil tersenyum. Dalam hatinya, ia mengumpat. Mengapa ia harus menyetujui perintah Rama tadi? Mengapa juga ia tiba-tiba saja bersemangat untuk mendatangi Dita?

"Denger, Ayah minta sekarang kamu pergi ke Cafè Sunshine. Jemput Dita dan jangan banyak protes. Lakuin semua yang Dita minta. Kalo kamu berani nolak permintaan Dita dan Dita berubah pikiran buat tunangan sama kamu, jangan harap Ayah bakalan kasih kamu kesempatan ketiga." Kalimat Rama saat mengancam Dewa beberapa waktu yang lalu terngiang kembali di kepala Dewa.

"Kamu jemput aku, Wa?" tanya Dita dengan nada bicaranya yang terdengar manja. Dewa tersenyum dan menganggukan kepalanya. "Aku kira kamu sibuk hari ini."

Dewa masih memasang senyum di wajahnya. Ia berusaha sekeras mungkin agar senyumannya tidak terlihat aneh atau pun terpaksa. Dalam hati Dewa membatin, "Kalo bukan karena ayah juga gue enggak mau di sini!"

Dita melingkarkan tangannya di lengan Dewa. Jika dua tahun lalu ia bersikap seperti itu, mungkin Dewa sudah menendangnya jauh-jauh. Kali ini, semuanya berbeda. Dewa tidak menolak, apa lagi berani menendang Dita jauh-jauh dari sisinya.

"Kamu udah makan?" tanya Dewa akhirnya setelah ia berhasil menguasai dirinya.

"Belum. Aku belum lama sampe, kan." Dita menggelengkan kepalanya sambil tersenyum manja ke arah Dewa.

"Ekhm." Salah seorang teman reuni Dita berdehem, berusaha mengingatkan Dita dan Dewa yang terlihat tengah kasmaran jika ada orang lain di sekitar mereka.

"Oh, iya. Dita sampe lupa." Dita melepaskan tangannya dari lengan Dewa. Hati Dewa bergejolak meski ia tidak tahu apa arti dari pergolakan hatinya. "Kalian udah kenal sama Sadewa, kan?"

Orang-orang yang berada di sana kompak menjawab pertanyaan Dita. Siapa juga di antara mereka yang tidak mengenal Sadewa Dirgantara.

"Saya tunangannya Dita." Dewa berujar setelah Dita kembali melingkarkan tengannya di lengan Dewa.

FIANCÈES | COMPLETED✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang