E M P A T

16.1K 875 33
                                    

"Dewa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dewa ... kamu ...." Kalimat Dita terhenti saat ia melihat Dewa tengah menggenggam tangan Clarissa. Tentu saja hati Dita sakit karena merasa dikhianati oleh Dewa.

"Apa?" Dewa bertanya seolah tidak ada masalah yang terjadi.

"Kenapa ... kenapa kamu genggam tangan dia?" Mata Dita berkaca-kaca, menatap nanar tangan Dewa dan Clarissa yang kini saling bertautan.

"Kamu harus mulai terbiasa, Aphrodita." Clarissa tersenyum saat Dewa mengecup punggung tangannya.

"Kalo gue bisa nerima perjodohan sama lo karena permintaan ayah, kenapa gue enggak bisa nerima perjodohan sama Clarissa karena permintaan bunda?" Dewa tersenyum miring.

"Maksud kamu?" Dita menahan tangisannya hingga suaranya terdengar bergetar di telinga Dewa.

"Mulai sekarang, lo harus terbiasa." Senyum Dewa kian melebar saat wajah Dita terlihat semakin sendu. "Sebentar lagi, lo bakalan punya temen. Lo harusnya seneng karena lo enggak sendirian lagi jadi tunangan gue."

"Terbiasa? Maksud kamu, kamu dan ...."

Dewa tidak menjawab kalimat menggantung Dita dengan kata-kata. Dewa menjawab Dita dengan sebuah ciuman yang ia daratkan ke bibir Clarissa. Beruntung untuk Dewa, Clarissa mengerti caranya bermain. Di depan mata Dita, Clarissa membuka mulutnya lalu membiarkan lidah Dewa melesat masuk ke dalam sana. Pagutan demi pagutan yang mereka lakukan pun menciptakan suara kecapan yang dengan lantangnya masuk ke telinga Dita.

Dita menangis sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Perbuatan Dewa dan Clarissa benar-benar melukai hatinya. Tanpa pikir panjang dan deraian air mata, Dita berjalan menghampiri kedua orang yang tengah bercumbu itu.

Dita menarik Clarissa kasar, membuat pagutan antara Clarissa dan Dewa terlepas. Dalam satu hentakan, Dita melayangkan tamparannya ke wajah Clarissa.

"Kamu enggak malu?!" seru Dita tepat di depan wajah Clarissa.

"Enggak tau malu?" Clarissa tertawa kecil sebelum membalas tamparan Dita.

Plaaakk.

Dita terkejut. Ia sama sekali tidak berpikir jika Clarissa berani membalas tamparannya setelah apa yang wanita itu lakukan dengan tunangannya.

"Kamu yang enggak tau malu! Kamu enggak mikir? Kenapa Dewa susah nerima perjodohan sama kamu sedangkan Dewa sangat bersedia nerima perjodohannya sama aku?" Clarissa bersedekap. "Kalo kamu bisa pakai otak kamu, kamu harusnya tau kalo Dewa terpaksa nerima kamu! Status kalian enggak berarti apa-apa buat Dewa dan aku!"

"Tutup mulut kamu!" Dita menggeram marah pada Clarissa sambil menahan rasa perih yang menjalar di pipinya. "Jangan bicara seolah-olah kamu tau apa yang terjadi antara aku dan Dewa!"

Dewa sebenarnya masih ingin menikmati hiburan kecil itu. Tetapi, Dewa benar-benar jengah dengan kehadiran Dita di sekitarnya. Karena itu, Dewa yang sedari tadi diam mendengarkan keributan antara Dita dan Clarissa akhirnya angkat bicara. "C'mmon, Dit. Apa yang Clarissa bilang enggak salah sama sekali. Sejak kapan gue dengan suka rela nerima perjodohan kita kaya gue nerima perjodohan sama Clarissa?!"

FIANCÈES | COMPLETED✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang