Bonus

1.2K 55 1
                                    

Happy reading and enjoy your life:v

"Sayang ini susunya diminum dulu," Alex mengernyit mendapati sang istri yang menatap nya berbinar.

"Ngeliatinnya kenapa begitu, cantik?" dikecupnya pelipis sang istri dan dielusnya perut yang sudah membuncit itu.

"Si adek udah tidur ya? Bisa aja kamu nak. Papi pulang langsung anteng," Alex berjongkok guna melabuhkan beberapa kecupan diperut sang istri.

Diusia kehamilan 30 minggu ini masih membuat Alex merasakan swing mood yang terbilang tak separah sebelumnya.

"Minum dulu sayang. Aku mau liat abang sama teteh," entah kenapa mereka lebih memilih memanggil Zea teteh mungkin agar anak perempuan mereka bisa menjadi gadis yang kalem.

Alex memasuki kamar kedua anak kembarnya lantas melabuhkan kecupan didahi masing-masing.

Baru hendak berbalik saat sepasang tangan mungil memeluk dirinya. Alex mengulum senyum lantas berbalik dan mencium bibir sang istri kilat.

"Mereka cepet banget ya besarnya. Gak kerasa udah masuk TK aja," Alexa hanya terkekeh menanggapi mood mellow sang suami.

"Iya dong. Kan mereka bertumbuh setiap detiknya," Alexa merengkuh badan Alex yang nampak bergetar.

"Mereka tumbuh hebat setiap detiknya kan sayang? Aku bangga bagaimanapun mereka," Alexa terkekeh menanggapi ucapan sang suami.

"Pasti. Karena mereka anak kamu,"

Masih segar diingatan mereka saat sang putra pulang dengan membawa piala juga baju seragam yang berantakan. Dibelakang Zio ada kembarannya yang mengikuti.

"Abang, bajunya kenapa nak?" tergopoh-gopoh Alexa mendatangi sang putra.

Alex yang kebetulan sedang mengambil cuti karena habis melakukan perjalanan meeting juga nampak tersentak.

Apalagi lima detik pertanyaan Alexa mengambang detik selanjutnya tangisan Zio menggema.

Alex refleks loncat dan berlalu menghampiri anaknya.

"Kenapa bang?" suara Alex serak. Alexa hanya melihat dan menggandeng Zea yang berwajah sedu.

"Pap-pi hiks," Isakan bercampur membuat Alex segera merengkuh Zio kedalam gendongannya. Tak tega melihat isakan sang putra.

"Berhenti dulu nangisnya nak. Cerita dulu coba. Abang kenapa nangis?"Alex memang terkenal paling sabar menghadapi segala tingkah sikembar.

Zea memilih bergelayut dipelukan sang mami sesekali melirik sang abang yang masih  nampak bersusah payah memberhentikan tangisnya.

"Itu abang ikut lomba hiks. Kata bu guru kalo menang dapat coklat hiks," Zio masih berusaha keras menghalau tangis.

Alexa menyodorkan gelas berisi air putih yang langsung sigap disambut Alex.

"Minum dulu bang," menurut pada sang papi Zio meminum air yang disodorkan padanya.

"Udah?" anggukan diberikan Zio pada Alex. Sang papi hanya mengusap keringat didahi Zio.

"Abang kan tadi disuruh bu guru ikut lomba. Katanya kalo abang menang dapat coklat. Trus abang menang tapi malah dikasih ini. Abang gak mau kuning-kuning ini maunya coklat," dan menggelegarlah tangis Zio.

Alex maupun Alexa menghela napas. Kagum  akan tingkah sang putra. Alex mengulum senyum lantas melirik sang istri yang melengos.

Terkekeh pelan dilakukan pria itu.

"Kenapa harus nangis  nak? Kan bisa ngomong baik-baik. Abang kan bisa minta papi,"Zio memilih menenggelamkan wajahnya dilekukan leher sang ayah.

"Bu guru bohong. Abang gak suka," menghela napas pasrah dilakukan Alex.

Alex membawa Zio duduk disofa yang mana sudah terdapat Zea yang bergelung nyaman dipelukan Alexa.

Dengan gemas Alex menaruh Zio disamping Zea lantas menepuk pantat Alexa pelan.

"Anak kamu itu ngawur parah," Alex terkekeh melihat Alexa yang mencibir.

"Kalo ngawur aja anak aku coba kalo yang bagus anak kamu. Cih, tau diri aja aku," tawa Alex menggelegar lantas memilih mengecup pelipis sang istri juga kedua anaknya.

"Anak kita sayang."

SUDAH.  SELESAI -V

TROUBLEMAKER OR CEO? [tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang