melupakan

810 101 176
                                    

Well, ini side story jadi nggak ngikutin waktu di chapter sebelumnya dan chapter berikutnya. Karena ini pun waktunya juga nggak pernah jelas.

Warning : teruntuk spideypool shipper :)
Jangan ambil hati sama ini, jangan marah juga. Kalau nggak suka bisa skip kok

Sekarang udah jam sebelas malem, Pietro masih di luar. Masih belum pulang, karena dia udah nggak punya rumah.

Bukan rumah yang bangunan itu, tapi definsi rumah sebenarnya... Pietro udah nggak punya, udah kehilangan.

Dulu dia pacaran sama Clint, karena dia nggak mau jujur tentang masalah keluarganya terus dia harus ke jakarta-medan tiap bulan. Dan sampai di titik di mana dia harus cuti kuliah dan ngurusin bisnis keluarganya yang lagi ada masalah.

Bangsatnya, dia nggak ngejelasin ke Clint.

Nggak bilang apa-apa, secinta apapun kita sama seseorang, kalau kita di tinggal pergi tanpa penjelasan?

Pietro sekarang lagi di Kaliadem, bukan sungai tapi salah satu gunung di Yogyakarta. Iya tau ini udah malem, tapi Pietro suka tempat ini.

Di bawah ribuaan bintang, sendiri.

Sampai Pietro liat sosok orang berdiri di dekat tebing,

"Jangan setan please... Tuhan jangan setan please" Pietro komat-kamit dalam hati, ngeri juga lah woi kalau ketemu setan di sini. Udah sendiri, ada setan pula.

Pietro deketin, eh bukan setan deh. Cowok gitu, kecil banget badannya mirip cewek malahan.

"Woi... Ngapain di situ?"

Cowok itu langsung balik badan dan ancang-ancang mau lompat, Pietro langsung lari dan yakinlah satu detik aja dia telat cowok itu udah jatuh ke bawah.

"Lepasin!"

Pietro makin eratin cengkraman tangannya, licin banget asli.

"Nggak, bukan gini caranya mati. Nggak ada satu orang pun yang layak mati kayak gini"

Pietro langsung narik cowok yang ternyata ringan itu, cowok itu nimpa badan Pietro. Bahunya getar, nangis.

Mereka di dalam posisi itu, lama banget. Kalau di hitung berdasarkan waktu sekitar sepuluh menit.

Pietro ngelus punggung cowok itu... Bentar dari tadi cowok itu terus. Kayak nggak punya nama aja,

"Peter... Nama gue Peter"

Cowok yang ternyata namanya Peter itu nggak juga beranjak dari posisi ambigu mereka, Pietro juga nggak ada niatan ngelepas, terlampau nyaman.

"Pietro... Panggil gue Pietro"

Peter angguk doang, dia capek. Pietro nunduk liatin Peter yang udah pejemin matanya, tidur. Entah kenapa Pietro juga ikutan ngantuk, dan akhirnya mereka tidur di tanah, di Kaliadem dengan posisi pelukan.

Bentar gue sotoy banget deh, jangan-jangan di kaliadem nggak ada tebing? Yaudah lah ya... Anggep aja ada

Esoknya, mereka bangun. Tubuh Pietro remuk semua rasanya, udah di tindihin Peter tidur di tanah yang penuh batu-batu, haduh.

"Makasih Pietro...."

Tapi pas liat senyum lega Peter, kok rasa sakitnya semacam... Mmmm terbayar? Eh.

"Sama-sama Peter"

Peter berdiri, Pietro ikutan berdiri dan baru aja dia mau pergi dia liat tangan Peter yang ada banyak bekas sayat-sayatan.

"Peter, ikut gue..."

"Hah?"

Peter yang masih nggak paham, langsung di tarik sama Pietro. Nggak kasar, cuma kena bekas lukanya yang belum sembuh.

STONY (LOKAL AU!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang