D.G.B | 2

7.4K 611 74
                                    

Luhan terus meremas jemarinya hingga berkeringat. Ia benar-benar tengah gugup. Ia akan menikah dalam hitungan kurang dari satu jam lagi.

Luhan menengok dengan gelisah tiap kali matanya terarah menuju pintu berharap seseorang datang dan mengatakan padanya jika pernikahan dibatalkan.

Oh, tidak. Jika pernikahan dibatalkan bagaimana dia akan mendapat uang untuk pengobatan Jihoon? Luhan menggeleng, mengenyahkan pikiran buruknya.

Ini semua demi Jihoon.
Luhan berjanji setelah misi ini selesai, maka dia akan cepat-cepat meminta cerai.

Luhan tidak bisa lupa bagaimana ia menjadi ketakutan saat makan malam di rumah Oh Sehun, ketika Oh Sehun menariknya pergi dan mengatakan sesuatu yang benar-benar membuatnya gemetar.

"Ingat! Aku Oh Sehun akan membuat kau menyesal karena menikahiku!"

Suara pintu terbuka membuat Luhan menegakkan tubuhnya. Ia mengatur ekspresinya tanpa cela. Kegugupan yang baru saja dialaminya menghilang entah ke mana.

"Kau sedikit pucat. Apa kau merasa gugup?" Ibu panti mengelus pipi Luhan.

Luhan dengan segera masuk ke dalam pelukannya.
"Bu, aku takut."

"Jika kau tidak mau, biar Ibu membatalkannya."

"Jangan!" Luhan melepas pelukannya, menatap Ibu panti dengan mata berkaca, "Aku tidak apa-apa. Aku bisa melawan rasa takutku. Demi Jihoon, hanya untuk kesembuhan Jihoon, aku akan lakukan segalanya."

Ibu panti terharu, dia memeluk Luhan kembali.
"Semoga Tuhan selalu memberkatimu, Luhan. Memberimu kebahagiaan."

___

Janji itu telah terucap, sumpah itu telah ia sanggupi, dan bibir ini telah di klaim oleh pemiliknya, begitu dingin dan kosong, tidak ada kehangatan, tidak ada rasa manis seperti apa kata orang-orang yang menceritakan dengan bangga bagaimana First Kissnya, hanya sebuah sentuhan ringan antara dua belah bibir yang bertemu kurang lebih dari satu detik.

Luhan masih berdiri di samping Sehun, menyalami dan berfoto dengan semua tamu undangan yang hadir.
Semua adalah relasi Ayah Sehun dan keluarga besar mereka. Sebagian besar teman-teman Sehun datang, tapi tidak ada teman-teman dari Luhan.

Hanya ada Ibu panti yang menjadi walinya.

"Kau tidak mengundang keluarga dan teman-temanmu?" tanya Sehun curiga di dekat telinga Luhan.

Luhan sedikit menjauh dengan senyuman polos.
"Semua keluargaku di luar negeri, dan aku tumbuh di sana, jadi aku tidak terlalu mempunyai teman di sini," bohongnya.

"Ok! Baiklah! Nyonya Oh, selamat datang di awal dari hari-hari nerakamu. Kita lihat sampai kapan kau akan bertahan dan akhirnya menyerah dengan meminta cerai." Luhan menggeliat merasa kegelian dengan kedekatan bibir Sehun di sekitar telinganya.

Sehun menyeringai berbahaya melihat bagaimana respon tubuh Luhan terhadap perlakuan yang di sengaja olehnya. Dia terlihat begitu polos dan menggemaskan disaat yang bersamaan. Sehun benar-benar tidak sabar dengan akhir dari resepsi memuakkan ini.

___

"Kau tidur di luar! Jika tidak, maka pesanlah kamar hotel lain!" Sehun berkata. Ia menutup pintu kamar setelah mengatakannya, meninggalkan Luhan yang berdiri kaku di depan pintu.

Mereka berdua berada di dalam hotel tempat mereka melaksanakan acara pernikahan, Mama Sehun yang menyiapkan semuanya, berharap di dalam hotel ini mereka berdua bisa menghabiskan malam bersama.

Luhan menatap kiri dan kanan. Dia tidak tahu harus pergi ke mana.

Memesan kamar?
Oh itu tidak mungkin. Dia tidak mempunyai uang sepeser pun.

Dua Garis Biru (END-HUNHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang