D.G.B | 15

5.4K 559 285
                                    

Sehun memasuki rumahnya yang gelap gulita. Ia baru kembali pukul sepuluh malam.

Ia tidak yakin, tetapi rumahnya memang sangat terasa sunyi seperti tidak ditinggali siapapun.

Sehun berjalan menuju kamarnya. Ia mengerutkan kening saat tidak mendapati Luhan di dalam. Tempat tidurnya dalam keadaan rapi seperti tidak tersentuh sama sekali.

"Apa dia belum pulang?" Sehun sedikit mengkhawatirkan Luhan, tetapi harga dirinya jauh lebih tinggi dibanding rasa khawatirnya.

Ia memutuskan tidak mengambil pusing apakah Luhan belum kembali atau wanita itu tadinya sudah kembali dan pergi lagi.

Luhan bisa saja sedang pergi keluar bersama Chanyeol.
Lagi pula memang dia adalah Ayah dari bayi yang di kandung Luhan.

Namun, tiba-tiba Sehun teringat kata-kata Luhan.
"Aku hanya pernah melakukannya denganmu. Tidak ada laki-laki lain yang pernah menyentuhku."

"Hais! Dia benar-benar merepotkan!" Sehun lagi-lagi melawan egonya, ia segera keluar dan kembali pergi menuju taman.

"Apa dia masih di taman?" tanyanya dengan gurat keraguan, "... atau jangan-jangan dia pergi bersama Chanyeol?" Sehun memarkirkan mobilnya di sisi jalan, kemudian berjalan pergi mencari Luhan di dalam taman.

Suasana taman nampak sepi. Ditambah cuaca sedikit dingin.
"Tidak mungkin dia masih berada di taman di saat cuaca tidak baik seperti ini!" Ketika Sehun ingin melangkah pergi meninggalkan taman, tiba-tiba, tanpa sengaja Sehun melihat seorang wanita duduk sendirian dengan sesekali mengusap-usap tangannya.

Mata Sehun melebar, dia tidak pernah menyangka wanita bodoh itu akan separah ini tingkat keidiotannya.

"Kau bodoh? Kenapa masih di sini? Cuaca sedang tidak baik, dan kau tetap duduk di sini?" Sehun memarahi dengan gurat kesal.

Namun, Luhan hanya tersenyum dan segera berdiri memeluk Sehun.
"Sehun, kau kembali?"

Sehun melepas pelukan Luhan, dan memandangnya tajam.
"Jika aku tidak kembali, apa kau juga akan terus menungguku?"

Luhan mengangguk, "Aku tahu kau pasti kembali."

"Stop dengan sikap bodohmu ini, Luhan. Kau bukan anak kecil lagi. Seharusnya kau tahu mana yang baik kau lakukan dan tidak."

Luhan senang melihat Sehun marah. Apalagi jika dia marah karena khawatir dengannya.

"Ayo, pulang!" Sehun menarik tangan Luhan, namun dia segera menatap Luhan ketika tangan Luhan terasa begitu dingin.

Sehun melepas hoodie-nya dan memakaikan pada Luhan, kemudian merengkuhnya, agar Luhan menjadi semakin hangat.
"Lain kali, pulanglah! Jangan menungguku seperti ini. Pikirkan kesehatanmu!"

Luhan tersenyum, tanpa Sehun sadari semburat merah muncul di kedua pipi Luhan.

___

Sampai di rumah, Luhan sedikit mengernyit ketika melihat kopernya berada di ruang tamu.

"Kenapa koperku ada di sini?" Luhan berjalan mendekat, ketika dia ingin mengangkatnya, Luhan menyadari sesuatu.

"Luhan-" Sehun terlihat berdiri di ambang pintu, menatap Luhan dengan kopernya. "Aku membelikan rumah baru untukmu."

"Rumah baru? Kita akan pindah?"

Sehun menggeleng, "Bukan kita, tapi kau."

Luhan membeku. Rasanya telinganya menjadi mati rasa.

"Kau yang akan pergi menempati rumah baru itu."

Pandangan Luhan masih lurus menatap Sehun. Tanpa ekspresi dan tanpa mengatakan sesuatu. Rasanya ada benda tajam menghantam tepat di ulu hatinya.

Dua Garis Biru (END-HUNHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang