D.G.B | 4

5.1K 569 76
                                    

"Bagaimana rasanya menikah?" Tanya Ibu panti di ruang tunggu rumah sakit.

Luhan tidak bisa tidur sendirian di rumah, jadi dia memutuskan untuk menjaga Jihoon malam ini.

Ibu panti melihat ke arahnya dengan ragu. Ia merasa bersalah.

"Jangan menatapku seperti itu, Bu. Kau benar-benar menyakitiku tahu?"

"Aku merasa bersalah padamu." Ibu panti menggenggam tangan Luhan erat. "Bagaimana denganmu suamimu? Apa dia memperlakukanmu dengan baik?"

Luhan menunduk, menjatuhkan pandangan.
"Dia sangat mencintai pacar Gay-nya. Aku ragu bisa memisahkan mereka. Bahkan sekarang Sehun menginap di rumah pacarnya."

"Itu alasan kau ke sini?"

Luhan tersenyum. "Aku kangen sama Jihoon. Malam ini aku akan menjaganya."

"Bagaimana jika Sehun pulang dan mencarimu?"

"Tenang saja, Bu. Dia tidak akan pulang malam ini. Dia sedang bersama kekasihnya."

___

Ini hari minggu , seharusnya Sehun menghabiskan waktu bersama kekasihnya.

Luhan yang memikirkan itu menjadi sedikit tenang ketika berjalan pulang ke rumahnya.

Dia merancang akan bersantai sejenak hari ini, tubuhnya terasa sedikit tidak enak badan, semalaman dia tidak bisa tidur.

Luhan membuka pintu dan segera berjalan menuju kamar. Tapi ketika dia membuka pintu kamar tiba-tiba ...

BAM!

Dia menabrak sesuatu dan jatuh tepat di atasnya. Matanya tertutup, masih kaget dengan tabrakan tiba-tiba, Luhan menyadari bahwa sesuatu yang membantalinya jatuh bernapas.

"Arghh!"

Luhan mendongak dan melihat sepasang mata coklat.

S-Sehun?

Sejak kapan dia pulang?

Harusnya dia bersama kekasihnya, bukan?

Sehun tidak memakai baju, hanya memakai celana pendek dan handuk yang mengeringkan rambutnya, sepertinya dia baru saja selesai mandi.

Lalu kenapa Luhan merasakan pipinya menghangat? Pasti karena malu.

"Apa kau bisa menyingkir sekarang?" Sehun mengerang di bawahnya.

"Huh? Oh, maaf." Luhan memerah. Dia cepat-cepat bangun dan menjauh dari Sehun, menghindari kontak mata apa pun.

Sehun berdiri dan menggosok punggungnya. Lantainya lebih keras dari yang dia bayangkan.
Kesal, dia membentak Luhan, "Lain kali lihat-lihat kalau jalan!"

Luhan sekali lagi minta maaf.

"Ke mana kau pergi tadi malam? Aku pulang tengah malam tapi kau tidak ada di rumah."

"Maaf, aku pergi ke rumah teman. Aku takut sendirian!"

"Pergi ke rumah teman? Lalu kenapa kau mengirimiku sms menyuruhku untuk cepat pulang? Apa kau tidak tahu aku dan pacarku sedang bersenang-senang?"

Luhan semakin menunduk minta maaf.
"Aku janji tidak akan mengulanginya lagi."

"Benar-benar membuatku muak!"
Sehun mendorong tubuh Luhan sebelum melewati sosoknya.

___

Luhan sudah menduga ia akan demam, itulah kenapa Ibu panti selalu mencemaskan kesehatannya. Dari kecil Luhan rentan sakit.

Dua Garis Biru (END-HUNHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang