D.G.B | 18

5.4K 556 208
                                    

Sehun menatap teras restoran, tidak ada siapa pun di sana.
Dia kemudian menghela napas panjang, berpikir Luhan marah akan ucapannya tadi dan memutuskan untuk pulang duluan.

Sampai di rumah, Jongin menatap bingung.
Mengapa Boss-nya pulang sendirian?

Ia melirik ke belakang Sehun, namun tidak mendapati Luhan.

Melihat raut wajah Sehun yang terlihat santai, Jongin tidak merasa ada yang tidak beres di sini.
"Mereka sedang tidak bertengkar 'kan?" Memikirkan itu, Jongin keluar, melihat kiri dan kanan. Namun, tetap tidak melihat Luhan.

"Kemana Nona Luhan pergi?" Dia mengeluarkan ponsel dan melihat GPS. Untung saja dia sudah memasang GPS di hp Luhan.

Mata Jongin menyipit ketika melihat lokasi di mana Luhan berada.
Tempat itu bekas bangunan tua yang terbengkalai.
"Tidak mungkin Nona Luhan pergi ke tempat seperti itu."

Jongin masuk ke dalam rumah dan menghampiri Sehun yang sedang duduk dengan ipadnya.

"Boss, ke mana perginya Nona Luhan?"

Mendengar pertanyaan itu, Sehun mengalihkan pandangannya dari ipad dan menatap Jongin tajam.
"Pertanyaanmu terdengar kau sangat khawatir padanya."

"Tentu saja. Boss memperkerjakanku untuk keselamatannya, dan aku bertanggungjawab penuh atas semua itu."

Sehun tertawa, dia meletakkkan ipad di atas meja dan berdiri menghampiri Jongin.
"Aku suaminya, dan aku sekarang ada di sini. Kau tidak perlu khawatir lagi akan keselamatannya."

"Baiklah, aku tidak akan khawatir akan keselamatan Nona Luhan jika kau bisa menjawab satu pertanyaanku."

"Ya, tanyakan saja!"

"Di mana Nona Luhan sekarang berada?"

"Em, mungkin saja dia sedang berjalan-jalan di sekitar pantai, kau tahu kan Luhan sangat menyukai pantai."

Jongin tertawa.
"Kau tidak berhak menyebut dirimu sebagai seorang suami, Boss. Hari ini aku buktikan sendiri bahwa kau sama sekali tidak tahu apapun soal Nona Luhan." Jongin berjalan pergi.

Sehun menyipit ketika Jongin masuk ke dalam mobil dan melajukannya.

"Mau ke mana dia?"

_____

Luhan merasa sakit, merasa seluruh tubuhnya mati rasa.

Rasanya sungguh sangat sakit hingga tidak berani untuk membuka mata.
Tapi saat Luhan berusaha membuka mata, yang terlihat hanyalah kegelapan, sampai akhirnya dia sadar bahwa matanya ditutup dengan kain.

Begitu menggerakkan tangannya, Luhan sadar bahwa tangannya juga diikat. Kepalanya terasa pusing tidak tahu di mana sebenarnya dia berada.

Terakhir kali yang dia ingat hanyalah makan berdua bersama Sehun, lalu ada seseorang di belakangnya yang membungkam hidungnya dengan sapu tangan, kemudian dia pingsan.

"Emrghh!" Luhan mengerang.

Setelah itu kegelapan berganti menjadi sebuah cahaya. Profil seseorang terlihat, tersenyum  duduk di dekatnya dan menatapnya.

"Sudah bangun, Luhan?"

"Baekhyun?" Suara Luhan gemetar ketika menyebut nama itu, dan Baekhyun tertawa, "Kau mengenali wajahku dengan baik."

Luhan menoleh ke arah lain dan melihat ...

"HAHAHA!" Baekhyun kembali tertawa ketika melihat ke mana arah mata Luhan tertuju.
"Apa kau suka? Kau bisa melihat dirimu sendiri dengan jelas."

Dua Garis Biru (END-HUNHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang