D.G.B | 12

6.2K 538 124
                                    

Pagi ini, sebuah keajaiban bagi Luhan untuk melihat Sehun ada di rumah setelah seminggu tidak pulang. Biasanya pria itu akan pergi sekitar dua minggu setelah mereka melakukan hubungan badan.

Luhan tersenyum, melihat Sehun masih tertidur pulas di atas sofa.

Jam menunjukkan pukul sembilan pagi, Luhan mengernyit.
"Apakah dia tidak akan pergi ke kantor?"

Luhan berjalan mendekat, ia hendak membangunkan Sehun, namun gerakannya terhenti ketika menatap wajah teduh itu.

Senyumnya tiba-tiba terpancar, kenapa Sehun terlihat sangat menggemaskan ketika tertidur?

Luhan hanyut dalam pikirannya, sampai tidak sadar jika obyek yang sedang ia pandangi sekarang sedang membuka matanya.

"Apa yang kau lakukan?"

Mendengar suara serak khas orang bangun tidur, Luhan segera berdiri dan menjauh. Namun, gerakan yang terlalu tiba-tiba membuatnya sedikit limbung, untung saja dia bisa berpegangan pada sofa di dekatnya.

Sehun bangun, mengusap matanya dan melihat ke arah jam di dinding.

Ia menguap sebentar sebelum menoleh pada Luhan yang kini sedang memegangi kepalanya.
Kepala Luhan tiba-tiba saja berdenyut sakit.

"Kau baik-baik saja?"
Sehun reflek berdiri dan merangkul pundak Luhan kala wanita itu hampir terjatuh.

"Aku tidak apa-apa. Hanya masih sedikit mengantuk."

Dan setelah mengatakan itu, Luhan tidak sadarkan diri.

"Luhan, hei, Luhan bangun!" Sehun menepuk-nepuk pipi Luhan tapi wanita itu tetap memejamkan mata dengan bibir pucat pasi.

____

Seorang dokter keluar dari ruang pemeriksaan, di susul Luhan dari belakang.

Mama Sehun segera berdiri dari kursi dan membantu Luhan berjalan.

"Apa yang terjadi dengan menantu saya, Dok?" Mama Sehun bertanya.

Dokter itu tersenyum, dia membenarkan sedikit kacamatanya dan memandang Mama Sehun dengan cerah.
"Selamat, anda sebentar lagi akan menjadi seorang Nenek."

"Apa?" Terlalu bahagia, Mama Sehun segera memeluk Luhan dan berbisik senang padanya, "Selamat, Luhan."

Luhan hanya tersenyum samar.

____

Di sebuah cafe, Luhan mengembalikan cek yang barusan ia terima dari Mama Sehun, membuat Mama Sehun menaikan alisnya.

"Kenapa kau kembali kan lagi? Apa nominal yang aku tulis kurang? Biar aku tambah lagi!"

"Tidak, Ma." Luhan memegang tangan Mama Sehun ketika wanita paruh baya itu hendak mengeluarkan cek lagi dari dalam tas-nya.

"Aku tidak butuh uang itu lagi."

"Apa yang kau katakan, Luhan?"

Luhan tersenyum, "Ma, aku berjanji akan memberikan anak ini pada Mama, tanpa Mama perlu membayarnya. Itu terdengar seperti aku menjual anakkku sendiri pada Neneknya." Luhan menggenggam erat tangan Mama Sehun. "Tapi aku meminta satu permohonan dari Mama."

"Apa itu, Luhan?"

"Untuk saat ini jangan ganggu rumah tanggaku dan Sehun dulu. Biarkan semua aku yang mengurusnya, dan jangan bilang pada Sehun bahwa aku hamil. Ma, kau pernah berjanji pada Sehun bukan jika dia berhasil membuatku hamil dan melahirkan anak, maka Mama akan merestui hubungan Sehun dan Baekhyun? Maka, mulai sekarang Mama harus mempersiapkan diri."

Dua Garis Biru (END-HUNHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang