D.G.B | 25

8.9K 531 126
                                    

Ketika Sehun masuk, dia melihat Luhan sudah terlelap. Tidur menghadap samping, sementara gemuruh petir di luaran sana saling menyambar sahut-sahutan.

Sehun membaringkan tubuhnya di atas kasur, memeluk Luhan yang sudah terlelap.

Saat Sehun memeluknya, Luhan terbangun.

"Sehun?"

"Iya, Sayang?" Sehun mengecup kening Luhan dan memandangnya teduh.

"Di luar hujan, kita harus melihat Earl dan Earnest, mereka pasti ketakutan."

Sehun menggeleng.
"Kau tidak perlu khawatir. Ada Jongin yang tidur bersama mereka."

"Tapi-"

"Uszh!" Sehun meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Luhan. "Kau istirahatlah, kau tahu apa yang dikatakan Dokter sialan itu tadi padaku?"

Luhan mengernyit, "Apa?"

"Dia ingin membawamu pergi."

"Pergi?" Luhan tidak mengerti.

"Ya, mengobati keseluruhanmu di Amerika."

"Tapi aku sudah sembuh. Bukannya Dokter itu bilang aku baik-baik saja?"

Sehun menggeleng, menempelkan keningnya ke kening Luhan.
"Kita akan pergi ke Amerika."

"Tidak. Aku tidak bisa meninggalkan Earl dan Earnest."

"Dia akan ke Mansion. Mama akan menjaganya."

"Tidak, Sehun."

"Luhan, kau ingin hidup lebih lama bersama kita bukan? Melihat Earl dan Earnest tubuh dewasa. Melihatnya menikah dan melahirkan anak-anaknya kelak?"

Luhan mengangguk, tetesan air mata turun begitu saja dari kelopak matanya.

"Maka, pergilah ke Amerika. Aku akan menemanimu di sana."

Luhan langsung memeluk Sehun. Menangis terisak di sana.

"Aku mencintaimu, Luhan. Berjuanglah untuk sembuh dan hidup lebih lama bersamaku."

_____

"Baekhyun." Chanyeol memanggil.

Pria mungil itu menoleh ketika melintas di depan Chanyeol yang berdiri di tempat parkir kantornya.

"Chanyeol? Kau ada di sini?"

Chanyeol mengangguk.
"Untuk menemuimu."

"Oh, ya? Ada apa?" Baekhyun berjalan mendekat.

Menunduk. Chanyeol menelan ludahnya susah payah. Ini jauh lebih sulit daripada harus mengerjakan lima puluh soal matematika selama sepuluh menit atau bungee jumping dari ketinggian seratus meter.

Perlahan ia dongakkan kepalanya untuk menatap Baekhyun kembali. Wajah lembut dengan tatapan teduh itu seakan menghipnotis Chanyeol.
Menguncinya sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Aku ingin mengatakannya. Mengungkapkan perasaan menggebu yang selama beberapa bulan ini membuatnya tidak bisa tidur nyenyak. Bolehkah, Baekhyun?

"Aku menyukaimu, Baekhyun."

Oh, tidak. Apa yang kau katakan, Chanyeol?

"Ah, tidak. Seharusnya bukan menyukaimu, mengingat perasaan ini semakin bertumpuk dalam hatiku. Aku mencintaimu, Byun Baekhyun."

Ini gila! Otak dan tubuh Chanyeol tidak bisa sinkron. Chanyeol merasa dia sudah sakit jiwa mengatakan hal ini.

YESUS TOLONG AKU! BERKATI ANAKMU INI DALAM MENGUTARAKAN HATINYA. SEMOGA TIDAK BERAKHIR MASUK UGD.

Dua Garis Biru (END-HUNHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang